LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
(PRAKTIKUM – 2)
Disusun
oleh: Kelompok 4
Rini Indriani
|
(12542006)
|
Ina Nurlaela
|
(12542007)
|
Imas Rini
Rukmana
|
(12542009)
|
Dede Sumyati
|
(12542011)
|
Iis Siti Nurfadilah | ( 12542014) |
Program studi
Pendidikan Biologi S-1
|
|
Semester/Kelas
|
5/3-B
|
Dosen
Pembimbing:
Siti Nurkamilah, S.Pd.,
LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2014
PROSES OKSIDASI DAN PROSES
RESPIRASI
(Praktikum-2, Garut 5 November 2014)
A.
Tujuan
praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui dan memahami proses oksidasi dalam masa respirasi.
B.
Alat
dan bahan
v Alat
:
§ Tabung
reaksi (4buah)
§ Rak tabung
reaksi
Gb. 1. Rak tabung reaksi dan
tabung reaksi
§ Penjepit
tabung reaksi
Gb. 2. Penjepit tabung reaksi
§ Gelas
kimia
Gb. 3. Gelas kimia
§ Gelas
ukur
Gb. 4. Gelas ukur
§ Pipet
tetes
Gb. 5. Pipet tetes
§ Pembakar
Bunsen
Gb. 6. Seperangkat alat penangas air
§ Thermometer
Gb. 7. Thermometer
§ Alat
tulis
§ Kamera
§ Stopwatch
Gb. 8. Stopwatch
§ Kertas
label
§ Alumunium
foil
Gb. 9. Alumunium foil
v Bahan :
§ Larutan
gish (15 gram dalam 250 cc larutan sukrosa 10%)
§ Methylen
blue diencerkan 1 : 500 cc
§ Larutan
glukosa 10% dalam akuades
§ Akuades
Gb. 10. Akuades
C.
Langkah
kerja
Adapun
langkah kerja dari praktikum ini adalah:
1) Mempersiapkan
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
2) Memberikan
label atau tanda pada ke empat tabung reaksi dengan huruf A, B, C, dan D.
3) Mengambil
5 cc larutan gish kemudian didihkan.
4) Memasukkan
masing-masing 1 cc larutan tersebut kedalam tabung A dan B.
5) Mengambil
5 cc larutan gish yang masih dingin tanpa perlu di panaskan, kemudian di
masukkan masing-masing 1 cc ke dalam tabung C dan D.
6) Menambahkan
ke dalam setiap tabung di atas sebanyak 1 cc larutan glukosa 10% dan 1 cc
methylen blue.
7) Mengencerkan
semua tabung tersebut dengan akuades sebanyak 5 cc kemudian sumbat dengan ibu
jari serta mengocok tabung tersebut.
8) Membiarkan
tabung B dan D terbuka sedangkan tabung A dan C tertutup dengan alumunium foil.
9) Memasukkan
semua tabung reaksi tersebut ke dalam penangas air dengan suhu 40 derajat C.
10) Mengamati
perubahan warna yang terjadi dengan selang waktu 10 menit selama 40 menit.
D.
Landasan
teori
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk
memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian
respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi
menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi
menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang
dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel
tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan
menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah
intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang
menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam
sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti
oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh
hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks
seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron
yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi.
Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Sedangkan reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom,
atau ion. Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan,
penjelasan di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk
pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak
akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai
peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi.
Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi,
namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks"
walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang
melibatkan ikatan kovalen). Proses utama pereduksi bijih logam untuk
menghasilkan logam didiskusikan dalam artikel peleburan. Oksidasi digunakan
dalam berbagai industri seperti pada produksi produk-produk pembersih. Reaksi
redoks juga merupakan dasar dari sel elektrokimia. Banyak proses biologi yang
melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung secara simultan karena sel, sebagai
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia, harus melangsungkan semua fungsi
hidup. Agen biokimia yang mendorong terjadinya oksidasi terhadap substansi
berguna dikenal dalam ilmu pangan dan kesehatan sebagai oksidan. Zat yang
mencegah aktivitas oksidan disebut antioksidan. Pernapasan sel, contohnya,
adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi oksigen menjadi air.
Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O
Proses
pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD+ menjadi NADH dan reaksi
baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD+). Fotosintesis secara esensial merupakan
kebalikan dari reaksi redoks pada pernapasan sel:
6 CO2 + 6 H2O + light energy → C6H12O6 + 6 O2
Energi
biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi redoks.
Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air
menjadi oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan
karbon dioksida dan air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang direduksi
digunakan untuk mereduksi nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+), yang
kemudian berkontribusi dalam pembentukan gradien proton, yang akan mendorong
sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan dijaga oleh reduksi oksigen. Pada
sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama. Lihat pula Potensial
membran.
Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ. Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung pada rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti hipoksia, guncangan (shock), dan sepsis.
Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ. Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung pada rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti hipoksia, guncangan (shock), dan sepsis.
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan
jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan
dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan
sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian,
istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah
pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari
individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan
dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu
melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini. Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini. Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator.
Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme
eukariotik terjadi di dalam mitokondria. Kandungan oksigen di udara bebas
(atmosfir) mengandung konsentrasi sebesar 21 %, melalui mekanisme ventilasi
akan masuk ke alveoli kemudian terjadi proses pertukaran gas yang disebut
proses difusi. Difusi adalah suatu perpindahan/ peralihan O2 dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dimana konsentrasi O2 yang tinggi di alveoli akan
beralih ke kapiler paru.
1)
1,34 ml O2 terikat dengan 1 gram Hemoglobin (Hb)
dengan persentasi kejenuhan yang disebut dengan “Saturasi O2” (SaO2).
2)
0,003 ml O2 terlarut dalam 100 ml plasma pada
tekanan parsial O2 di arteri (PaO2) 1 mmHg.
Kedua bentuk pengangkutan ini
disebut sebagai kandungan O2 atau “Oxygen Content” (CaO2) dengan formulasi :
CaO2 = (1,34 x Hb x SaO2) +
(0,003 x PaO2)
Sedangkan banyaknya O2 yang
ditransportasikan dalam darah disebut dengan “Oxigen Delivery” (DO2) dengan
rumus :
DO2 = (10 x CaO2) x CO
Yang mana CO adalah “Cardiac
Output” (Curah Jantung). Curah jantung sangat tergantung kepada besar dan
ukuran tubuh, maka indikator yang lebih tepat dan akurat adalah, dengan
menggunakan parameter “Cardiac Index” (CI). Oleh karena itu formulasi DO2 yang
lebih tepat adalah :
DO2 = (10 x CaO2) x CI
Selanjutnya O2 didistribusikan ke
jaringan sebagai konsumsi O2 (VO2) Nilai VO2 dapat diperoleh dengan perbedaan
kandungan O2 arteri dan vena serta CI dengan formulasi sebagai berikut :
VO2 = (CaO2 – CvO2) x CI
Selain faktor difusi dan
pengangkutan O2 dalam darah maka faktor masuknya O2 kedalam alveoli yang
disebut sebagai ventilasi alveolar.
Metabolisme
Metabolisme adalah keseluruhan
proses-proses kimiawi yang terjadi didalam makhluk hidup. Sel merupakan tempat
terjadinya aktivitas metabolisme yang dapat menghasilkan energi bagi kehidupan
dan juga sintesis, yaitu pembentukan berbagai materi pembangun tubuh dan untuk
mengatur aktivitas tubuh.
Metabolisme merupakan aktivitas hidup yang selalu terjadi pada setiap sel hidup, pada metabolism sel bahan dan energy diperoleh dari lingkungan sel yang berupa cairan, Cairan yang mengelilingi sel disebut cairan ekstrasel. Cairan ini terdiri dari ion dan gas.
Metabolisme merupakan aktivitas hidup yang selalu terjadi pada setiap sel hidup, pada metabolism sel bahan dan energy diperoleh dari lingkungan sel yang berupa cairan, Cairan yang mengelilingi sel disebut cairan ekstrasel. Cairan ini terdiri dari ion dan gas.
1)
Gas (terutama o2 dan CO2)
2)
Ion anorganik (terutama Na+, Cl- ,K , Ca++, HCO3,
PO4).
3)
Zat organic (makanan dan vitamin )
4)
Hormone.
Mekanisme pertukaran zat dalam
sel dengan cairan eksternal melalui lima cara, yaitu, difusi, osmosis,
transport aktif, endositosis, dan eksositosis. Bahan yang terdapat dalam cairan
sel dapat digunakan sebagai bahan baku gula, asam lemak, gliserol dan asam
aminoyang kemudian disusun menjadi makromolekul sel seperti:, polisakarida,
lipid dan protein asam nukleat.
Metabolism dapat dogolongkan menjadi dua, yaitu anabolisme dan proses pembongkaran yang disebut katabolisme.
Metabolism dapat dogolongkan menjadi dua, yaitu anabolisme dan proses pembongkaran yang disebut katabolisme.
A.
Enzim
Beberapa reaksi kimia dalam tubuh
mahluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini terjadi karena adanya suatu zat yang
membantu proses tersebut. Bila zat ini tidak ada ada maka proses – proses
tersebut akan terjadi lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Zat tersebut
dikenal dengan nama fermen atau enzim. Enzim adalah bio katalisator , yang
artinya dapat mempercepat reaksi – reaksi biologi tanpa mengalami perubahan
struktur kimia.
Menurut kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu didalam ragi. Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul – molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah enzim katalase berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah 438.000.
Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga , seng atau suatu metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme, metabolism total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme.
Menurut kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu didalam ragi. Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul – molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah enzim katalase berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah 438.000.
Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga , seng atau suatu metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme, metabolism total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme.
Metabolisme sel mencakup semua
proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat
bertahan hidup. Produk metabolisme disebut metabolit. Cabang biologi yang
mempelajari komposisi metabolit secara keseluruhan pada suatu tahap
perkembangan atau pada suatu bagian tubuh dinamakan metabolomika.
Metabolisme disebut juga reaksi
enzimatis, karena seluruh proses metabolisme selalu menggunakan katalisator
enzim. Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Anabolisme
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk kemosintesis.
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia untuk kemosintesis.
§ Fotosintesis
Fotosintesis merupakan proses penyususnan atau pembentukan dengan bantuan energy cahaya atau foton. Sumber energy cahaya alami adalah matahari yang memiliki spectrum cahaya inframerah atau (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan ultra ungu (tidak kelihatan). Yang digunakan dalam proses fotosintesis adalah spectrum, cahaya tampak, dari ungu sampai merah, inframerah dan ultra ungu tidak digunakan dalam fotosintesis. Dalam fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan oksigen.
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Fotosintesis merupakan proses penyususnan atau pembentukan dengan bantuan energy cahaya atau foton. Sumber energy cahaya alami adalah matahari yang memiliki spectrum cahaya inframerah atau (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan ultra ungu (tidak kelihatan). Yang digunakan dalam proses fotosintesis adalah spectrum, cahaya tampak, dari ungu sampai merah, inframerah dan ultra ungu tidak digunakan dalam fotosintesis. Dalam fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan oksigen.
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Fotosintesis adalah proses
penyusunan atau pembentukan dengan menggunakan energi cahaya atau foton. Sumber
energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya infra merah
(tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan ultra
ungu (tidak kelihatan). Yang digunakan dalam proses fetosintesis adalah
spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai merah, infra merah dan ultra ungu tidak
digunakan dalam fotosintesis. Dalam fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan
oksigen, oksigen sebagai hasil sampingan dari fotosintesis, volumenya dapat
diukur, oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat produksi fotosintesis adalah
dengan mengatur volume oksigen yang dikeluarkan dari tubuh tumbuhan. Untuk
membuktikan bahwa dalam fotosintesis diperlukan energi cahaya matahari, dapat
dilakukan percobaan Ingenhousz. Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang
memiliki pigmen fotosintetik. Di dalam daun terdapat jaringan pagar dan
jaringan bunga karang, pada keduanya mengandung kloroplast yang mengandung
klorofil / pigmen hijau yang merupakan salah satu pigmen fotosintetik yang
mampu menyerap energi cahaya matahari. Dilihat dari strukturnya, kloroplas
terdiri atas membran ganda yang melingkupi ruangan yang berisi cairan yang
disebut stroma. Membran tersebut membentak suatu sistem membran tilakoid yang
berwujud sebagai suatu bangunan yang disebut kantung tilakoid. Kantung-kantung
tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa yang disebut grana
Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya menjadi
energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa sebagai
produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma.
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukan klorofil antara lain :
1.
Gen:
bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil.
bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil.
2.
Cahaya:
beberapa tanaman dalam pembentukan
klorofil memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya.
3.
Unsur N. Mg, Fe : merupakan unsur-unsur pembentuk
dan katalis dalam sintesis klorofil.
4.
Air:
bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil.
Pada tabun 1937 : Robin Hill mengemukakan bahwa cahaya matahari yang ditangkap oleh klorofil digunakan untak memecahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Peristiwa ini disebut fotolisis (reaksi terang).
bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil.
Pada tabun 1937 : Robin Hill mengemukakan bahwa cahaya matahari yang ditangkap oleh klorofil digunakan untak memecahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Peristiwa ini disebut fotolisis (reaksi terang).
H2 yang terlepas akan diikat oleh
NADP dan terbentuklah NADPH2, sedang O2 tetap dalam keadaan bebas. Menurut
Blackman (1905) akan terjadi penyusutan CO2 oleh H2 yang dibawa oleh NADP tanpa
menggunakan cahaya. Peristiwa ini disebut reaksi gelap NADPH2 akan bereaksi
dengan CO2 dalam bentuk H+ menjadi CH20.
CO2 + 2 NADPH2 + O2 ————> 2
NADP + H2 + CO+ O + H2 + O2
Ringkasnya :
Reaksi terang : 2 H20 ——> 2
NADPH2 + O2
Reaksi gelap : CO2 + 2 NADPH2 + O2——>NADP + H2 + CO + O + H2 +O2
Reaksi gelap : CO2 + 2 NADPH2 + O2——>NADP + H2 + CO + O + H2 +O2
Atau
2 H2O + CO2 ——> CH2O + O2
Atau
12
2O + 6 CO2 ——> C6H12O6 + 6 O2
§ Kemosintesis
Kemosintesis merupakan reaksi anabolisme selain fotosintesis. Kemosintesis adalah konversi biologis satu molekul karbon atau lebih (biasanya karbon dioksida atau metana), senyawa nitrogen dan sumber makanan menjadi senyawa organik dengan menggunakan oksidasi molekul anorganik (contohnya, gas hidrogen, hidrogen sulfida) atau metana sebagai sumber energi. Kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan energi kimia. Energi kimia yang digunakan pada reaksi ini adalah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia, yaitu reaksi oksidasi. Organisme autotrof yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrof.
Kemosintesis merupakan reaksi anabolisme selain fotosintesis. Kemosintesis adalah konversi biologis satu molekul karbon atau lebih (biasanya karbon dioksida atau metana), senyawa nitrogen dan sumber makanan menjadi senyawa organik dengan menggunakan oksidasi molekul anorganik (contohnya, gas hidrogen, hidrogen sulfida) atau metana sebagai sumber energi. Kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan energi kimia. Energi kimia yang digunakan pada reaksi ini adalah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia, yaitu reaksi oksidasi. Organisme autotrof yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrof.
Menurut Campbell et al. (2002),
prokariota paling awal adalah organisme kemoautotrof yang mendapatkan energi
dari bahan kimia anorganik dan menghasilkan energinya sendiri dan bukannya
menyerap ATP. Hal ini disebabkan Hidrogen sulfide (H2S) dan senyawa besi (Fe2+)
sangat berlimpah di bumi purbakala, dan sel-sel primitive kemungkinan
mendapatkan energi dari reaksi melibatkan senyawa tersebut. Beberapa arkhaea
modern saat ini dapat bertahan hidup pada sumber mata air panas yang mengandung
sulfur dan melakukan reaksi kimia yang membebaskan energi.
FeS + H2 S ® FeS2 + H2 + energi
bebas
Protein membrane pada prokariota
awal kemungkinan menggunakan sebagian energi bebas yang dihasilkan untuk
memecahkan produk H2 menjadi proton dan electron serta menghasilkan suatu
gradient proton sepanjang membrane plasmanya. Dalam bentuk primitive
kemiosmosis, gradient tersebut kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya
sintesis ATP.
Campbell et al. (2002), melaporkan percobaan yang dilakukan oleh Van Niel pada tahun 1930-an untuk mengamati proses fotosintesis pada bakteri yang membuat karbohidratnya dari CO2 tetapi tidak melepaskan O¬2, menyimpulkan bahwa pada bakteri tersebut CO2 tidak terurai menjadi karbon dan oksigen. Satu kelompok bakteri menggunakan hydrogen sulfide (H2S) dan bukannya air untuk fotosintesis, dan menghasilkan titik sulfur (belerang) warna kuning sebagai produk limbah dengan persamaan kimianya:
Campbell et al. (2002), melaporkan percobaan yang dilakukan oleh Van Niel pada tahun 1930-an untuk mengamati proses fotosintesis pada bakteri yang membuat karbohidratnya dari CO2 tetapi tidak melepaskan O¬2, menyimpulkan bahwa pada bakteri tersebut CO2 tidak terurai menjadi karbon dan oksigen. Satu kelompok bakteri menggunakan hydrogen sulfide (H2S) dan bukannya air untuk fotosintesis, dan menghasilkan titik sulfur (belerang) warna kuning sebagai produk limbah dengan persamaan kimianya:
CO2 + 2H2S ® CH2O + H2O + 2S
Kemampuan melakukan kemosintesis
hanya dimiliki oleh beberapa jenis mikroorganisme, misalnya bakteri belerang
nonfotosintetik (Thiobacillus) dan bakteri nitrogen (Nitrosomonas dan
Nitrosococcus). Banyak mikroorganisme di daerah laut dalam menggunakan kemosintesis
untuk memproduksi biomassa dari satu molekul karbon. Dua kategori dapat
dibedakan. Pertama, di tempat yang jarang tersedia molekul hidrogen, energi
yang tersedia dari reaksi antara CO2 dan H2 (yang mengawali produksi metana,
CH4) dapat menjadi cukup besar untuk menjalankan produksi biomassa.
Kemungkinan lain, dalam banyak lingkungan laut, energi untuk kemosintesis didapat dari reaksi antara O2 dan substansi seperti hidrogen sulfida atau amonia. Pada kasus kedua, mikroorganisme kemosintetik bergantung pada fotosintesis yang berlangsung di tempat lain dan memproduksi O2 yang mereka butuhkan (Isnan, 2007). Bakteri nitrogen, seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi hasil dengan cara mengoksidasi NH3 yang telah bereaksi dengan CO2 dan membentuk amonium karbonat ((NH4)2CO3).
(NH4)2CO3 + O2 ® 2 HNO2 + CO2 + Energi
Jenis bakteri lain yang mampu melaksanakan kemosintesis antara lain Nitrobacter. Bakteri ini mampu mengoksidasi senyawa nitrit dalam mediumnya. Hasilnya adalah senyawa nitrat dan membebaskan energi yang akan dipergunakan untuk menyintesis senyawa organik.
Kemungkinan lain, dalam banyak lingkungan laut, energi untuk kemosintesis didapat dari reaksi antara O2 dan substansi seperti hidrogen sulfida atau amonia. Pada kasus kedua, mikroorganisme kemosintetik bergantung pada fotosintesis yang berlangsung di tempat lain dan memproduksi O2 yang mereka butuhkan (Isnan, 2007). Bakteri nitrogen, seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi hasil dengan cara mengoksidasi NH3 yang telah bereaksi dengan CO2 dan membentuk amonium karbonat ((NH4)2CO3).
(NH4)2CO3 + O2 ® 2 HNO2 + CO2 + Energi
Jenis bakteri lain yang mampu melaksanakan kemosintesis antara lain Nitrobacter. Bakteri ini mampu mengoksidasi senyawa nitrit dalam mediumnya. Hasilnya adalah senyawa nitrat dan membebaskan energi yang akan dipergunakan untuk menyintesis senyawa organik.
Ca(NO2)2 + O2 ® Ca(NO3)2 + Energi
Tidak semua tumbuhan dapat
melakukan asimilasi C menggunakan cahaya sebagai sumber energi. Beberapa macam
bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat mengadakan asimilasi C dengan
menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri
sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain.
Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energy dari hasil oksidasi senyawa-senyawa
tertentu.
Bakteri besi memperoleh energi
kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri).
Bakteri Nitrosomonas dan
Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium
Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi:
Nitrosomonas
(NH4)2CO3 + 3 O2 ——————————> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi
Nitrosomonas
(NH4)2CO3 + 3 O2 ——————————> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi
§ Sintesis
lemak
Lemak dapat disintesis dari
karbohidrat dan protein, karena dalam metabolisme, ketiga zat tersebut bertemu
di dalarn daur Krebs. Sebagian besar pertemuannya berlangsung melalui pintu
gerbang utama siklus (daur) Krebs, yaitu Asetil Ko-enzim A. Akibatnya ketiga
macam senyawa tadi dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat
tersebut. Lemak dapat dibentuk dari protein dan karbohidrat, karbohidrat dapat
dibentuk dari lemak dan protein dan seterusnya.
1.
Sintesis Lemak dari Karbohidrat:
Glukosa diurai menjadi piruvat
———> gliserol.
Glukosa diubah ———> gula fosfat ———> asetilKo-A ———> asam lemak. Gliserol + asam lemak ———> lemak.
Glukosa diubah ———> gula fosfat ———> asetilKo-A ———> asam lemak. Gliserol + asam lemak ———> lemak.
2.
Sintesis Lemak dari Protein:
Protein ————————> Asam Amino
protease.
Protein ————————> Asam Amino
protease.
3.
Sebelum terbentuk lemak asam amino mengalami
deaminasi lebih dabulu, setelah itu memasuki daur Krebs. Banyak jenis asam
amino yang langsung ke asam piravat ———> Asetil Ko-A. Asam amino Serin,
Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin dapat terurai menjadi Asam pirovat,
selanjutnya asam piruvat ——> gliserol ——> fosfogliseroldehid
Fosfogliseraldehid dengan asam lemak akan mengalami esterifkasi membentuk
lemak.
Lemak berperan sebagai sumber
tenaga (kalori) cadangan. Nilai kalorinya lebih tinggi daripada karbohidrat. 1
gram lemak menghasilkan 9,3 kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat hanya
menghasilkan 4,1 kalori saja. Lemak dapat di sintesis dari karbohidrat dan
protein, karena dalam metabolisme, ke tiga zat tersebut bertemu di dalam daur
krebs. Sebagian besar pertemuannya berlangsung melalui pintu gerbang utama
siklus (daur) krebs, yaitu asetil ko-enzim A. akibatnya ke tiga macam senyawa
tadi dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat tersebut. Lemak
dapat dibentuk dari protein dan karbohidrat, karbohidrat dapat di bentuk dari
lemak dan protein dan seterusnya.
§ Sintesis
protein
Sintesis protein yang berlangsung
di dalam sel, melibatkan DNA, RNA dan Ribosom. Penggabungan molekul-molekul
asam amino dalam jumlah besar akan membentuk molekul polipeptida. Pada dasarnya
protein adalah suatu polipeptida. Setiap sel dari organisme mampu untuk
mensintesis protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis
protein dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel terdapat suatu zat (substansi)
yang berperan penting sebagai “pengatur sintesis protein”. Substansi-substansi
tersebut adalah DNA dan RNA. Sintesis protein yang berlangsung di dalam sel
melibatkan DNA, RNA, dan Ribosom. Penggabungan molekul-molekul asam amino dalam
jumlah besar akan membentuk molekul polipeptida. Pada dasarnya protein adalah
suatu polipeptida. Setiap sel dari organism mampu untuk mensintesis
protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis protein
dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel terdapat suatu zat (substansi)
yang berperan penting sebagai “pengatur sintesis protein”. Substansi-substansi tersebut
adalah DNA dan RNA.
2.
Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi
pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi
senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme
adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa sumber. Bila
pembongkaran suatu zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut proses
respirad, bila dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut fermentasi.
Contoh Respirasi : C6H12O6 + O2
——————> 6CO2 + 6H2O + 688KKal.
(glukosa)
(glukosa)
Contoh Fermentasi :C6H1206
——————> 2C2H5OH + 2CO2 + Energi.
(glukosa) (etanol)
(glukosa) (etanol)
Respirasi yaitu suatu proses
pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia
dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP
untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.
Contoh:
Respirasi pada Glukosa, reaksi
sederhananya:
C6H,206 + 6 02 ———————————> 6 H2O + 6 CO2 + Energi.
C6H,206 + 6 02 ———————————> 6 H2O + 6 CO2 + Energi.
“Catabolism
(Greek kata = downward + ballein = to throw) is the set of pathways that break
down molecules into smaller units and release energy. In catabolism, large
molecules such as polysaccharides, lipids, nucleic acids and proteins are
broken down into smaller units such as monosaccharides, fatty acids,
nucleotides, and amino acids, respectively. As molecules such as
polysaccharides, proteins, and nucleic acids are made from long chains of these
small monomer units (mono = one + mer = part), the large molecules are called
polymers (poly = many).
Cells use the monomers released from breaking down polymers to either construct new polymer molecules, or degrade the monomers further to simple waste products, releasing energy. Cellular wastes include lactic acid, acetic acid, carbon dioxide, ammonia, and urea. The creation of these wastes is usually an oxidation process involving a release of chemical free energy, some of which is lost as heat, but the rest of which is used to drive the synthesis of adenosine triphosphate (ATP). This molecule acts as a way for the cell to transfer the energy released by catabolism to the energy-requiring reactions that make up anabolism. Catabolism therefore provides the chemical energy necessary for the maintenance and growth of cells. Examples of catabolic processes include glycolysis, the citric acid cycle, the breakdown of muscle protein in order to use amino acids as substrates for gluconeogenesis and breakdown of fat in adipose tissue to fatty acids. There are many signals that control catabolism. Most of the known signals are hormones and the molecules involved in metabolism itself. Endocrinologists have traditionally classified many of the hormones as anabolic or catabolic, depending on which part of metabolism they stimulate. The so-called classic catabolic hormones known since the early 20th century are cortisol, glucagon, and adrenaline (and other catecholamines). In recent decades, many more hormones with at least some catabolic effects have been discovered, including cytokines, orexin (also known as hypocretin), and melatonin”.
Cells use the monomers released from breaking down polymers to either construct new polymer molecules, or degrade the monomers further to simple waste products, releasing energy. Cellular wastes include lactic acid, acetic acid, carbon dioxide, ammonia, and urea. The creation of these wastes is usually an oxidation process involving a release of chemical free energy, some of which is lost as heat, but the rest of which is used to drive the synthesis of adenosine triphosphate (ATP). This molecule acts as a way for the cell to transfer the energy released by catabolism to the energy-requiring reactions that make up anabolism. Catabolism therefore provides the chemical energy necessary for the maintenance and growth of cells. Examples of catabolic processes include glycolysis, the citric acid cycle, the breakdown of muscle protein in order to use amino acids as substrates for gluconeogenesis and breakdown of fat in adipose tissue to fatty acids. There are many signals that control catabolism. Most of the known signals are hormones and the molecules involved in metabolism itself. Endocrinologists have traditionally classified many of the hormones as anabolic or catabolic, depending on which part of metabolism they stimulate. The so-called classic catabolic hormones known since the early 20th century are cortisol, glucagon, and adrenaline (and other catecholamines). In recent decades, many more hormones with at least some catabolic effects have been discovered, including cytokines, orexin (also known as hypocretin), and melatonin”.
Katabolisme adalah reaksi
pemecahan /pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energy tinggi
menjadi senyawa sederhana yang mengandung energy lebih rendah. Tujuan utama
katabolisme adalah untuk membebaskan energy yang terkandung di dalam senyawa sumber.
Bila pembongkaran suatu zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut
proses respirasi, bila dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut
fermentasi. Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energy yang tersimpan dalam
zat sumber energy melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari
respirasi akan dihasilkan energy kimia ATP untuk kegiatan kehidupan,seperti
sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan. Proses respirasi aerob melibatkan
tiga tahap, yaitu:
§ Glikolisis
Glikolisis merupakan jalur,
dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat
direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat
D-glukosa 6-fosfat. Glikolisis bersangkutan dengan hal-hal berikut:
1.
Pembentukan ATP dalam rangkaian ini molekul glukosa
dioksidasi sebagian.
2.
Produksi piruvat
3.
Pembentukan senyawa antara bagi proses-proses
biokimiawi lain misalnya, gliserol 3-fosfat. Untuk biosintesis trigliserid dan
fosfolipid, 2, 3–bisfosfogliserat dalam eritrosit, piruvat untuk biosintesis
L–alanin, dan sebagainya.
Glikolisis dapat berlangsung
dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+
yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak
dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada
usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat. Glikolisis anaerob, yang
menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam
menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan
keadaan ini disebut hutang oksigen.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.
Regenerasi NAD+ oleh piruvat. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.
Pemeliharaan kadar oksigen dan karbondioksida tertentu dalam sel essensial untuk fungsi normalnya. Tetapi situasi abnormal dapat terjadi, bila tubuh menderita stres. Stres demikian mungkin berupa keperluan energi tinggi misalnya, labihan ekstrim atau hiperventilasi esenfalitis, apabila laju pengangkutan oksigen kedalam sel tidak sama kecepatannya dengan reaksi katabolik oksidatif penghasil ATP. Karena reaksi-reaksi oksidatif ini dikaitkan dengan oksigen lewat NAD+ / NADH dan sistem sitokrom, dan karena hal-hal tersebut tidak dapat berlangsung kecuali NADH + H + diubah menjadi NAD+, diperlukan langkah darurat yang melibatkan piruvat. Hal ini mengakibatkan konversi piruvat menjadi laktat. Bila kadar laktat dalam darah meningkat, pH menurun, dan timbul tanda-tanda yang diperkirakan, yakni pernafasan cepat dan kehabisan energi. Variasi kadar laktat darah yang mengikuti perubahan-perubahan dalam aktivitas jasmani. Laktat yang diproduksi dan dilepaskan kedalam darah diubah kembali menjadi piruvat dalam hati apabila diperoleh cukup oksigen.
Regenerasi NAD+ oleh piruvat. Enzim yang mengkatalis reaksi dalam tahapan glikolisis dijumpai dalam sitoplasma sel. Disinilah glikolisis berlangsung. Glikolisis dimulai dengan fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6–fosfat.
Gugus fosforil pada glukosa 6
fosfat berasal dari ATP. Nampaknya agak mengherankan karena glikolisis
merupakan lintasan katabolisme, kita mengharapkan memperoleh ATP, bukan
menggunakannya. Glukosa 6–fosfat diubah menjadi fruktosa 6–fosfat:
Fruktosa 6–fosfat mengalami
fosfosilasi menjadi fruktosa 1, 6–difosfat dengan menggunakan satu molekul ATP
lagi yang diinvestasikan. Setelah sel telah mengintenvestasikan dua molekul ATP
untuk setiap molekul glukosa yang dirombak. Perubahan fruktosa 6–fosfat menjadi
fruktosa 1, 6–difosfat telah terbentuk, senyawa ini harus terus mengalami
lintasan glikolisis. Jadi, kita dikatakan bahwa fosforilasi fruktosa 6–fosfat
menjadi 1,6–difosfat adalah tahap wajib dari glikolisis.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Fruktosa 1,6–difosfat sekarang terpecah menjadi, memberikan sepasang senyawa berkorban 3, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan gliserol dehida 3–fosfat. Hanya gliseraldehid 3–fosfat yang akan digunakan dalam tahap lanjutan glikolisis. Tetapi, dihidroksiaseton bukanlah limbah. Alam bersifat hemat dan sel mempunyai enzim yang mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3–fosfat. Karena satu molekul glukosa telah menyediakan dua molekul gliseraldehida 3–fosfat, kita harus mengingatnya untuk membuat perhitungan keseluruhan.
Enzim kemudian mengubah
gliseraldehida 3–fosfat menjadi 1,3–difosfogliserat dalam reaksi oksidasi
penghasil energi yang pertama dalam katabolisme glukosa. Enzim menggunakan NAD+
sebagai koenzim. NAD+ direduksi menjadi NADH dengan menerima dua elektron dan
satu proton dari substrat aldehida selama reaksi berlangsung. Gugus fosfosil
yang baru pada produk organik berasal dari ion. Fosfat anorganik yang ada dalam
sitoplasma, sehingga tak ada ATP yang dipakai disini. Kenyataannya,
1,3–difosfogliserat sendiri adalah senyawa kaya energi, yaitu anhidrida
campuran dari asam karboksilat dan asam fosfat yang dapat mengalihkan gugus
fosforilnya kepada ADP. Pengalihan ini berlangsung pada tahap sesudah
glikolisis.
Karena sel menginvestasikan dua
molekul ATP dan sekarang mendapatkan dua, ini baru mencapai titik impas. Dari
titik ini, setiap ATP yang dihasilkan merupakan keuntungan. Tahap berikutnya
dalam glikoliis adalah pengalihan gugus fosforil pada 3–Fosfogliserat:
Produk reaksi ini, yaitu
2–Fosfogliserat melepaskan molekul air untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat. Fosfoenolpiruvat
adalah molekul fosfat yang kaya energi, yang mampu memberikan gugus fosforilnya
kepada ADP. Karena perombakan satu molekul glukosa akhirnya menghasilkan dua molekul
fosfoenolpiruvat, maka dua molekul ADP dapat difosforilasi menjadi ATP jika
fosfoenolpiruvat dari satu molekul glukosa diubah menjadi piruvat. Kedua
molekul ATP ini adalah keuntungan yang diperoleh dalam glikolisis.
Pembentukan piruvat mengakhiri proses
glikolisis aerob. Berikut ini adalah pokok yang terjadi dalam oksidasi satu
molekul glukosa:
1.
Terbentuk dua molekul piruvat.
2.
Dua molekul NAD+ telah direduksi menjadi NADH
3.
Jumlah bersih sebesar dua molekul ADP telah
difosforilasi menjadi ATP (empat molekul ATP yang diperoleh dikurangi dua yang
dinvestasikan).
Reaksi glikolisis :
a.
Glukosa Glukosa 6-fosfat
b.
Glukosa 6–Fosfat Fruktosa 6–fosfat
c.
Fruktosa 6–Fosfat Fruktosa 1,6–difosfat
d.
Fruktosa 1,6–difosfat
e.
Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehida 3-fosfat
f.
Gliseraldehida 3–Fosfat 1,3–difosfogliserat
g.
1,3–difosfogliserat 3–Fosfogliserat
h.
3–Fosfogliserat 2-Fosfogliserat
i.
2–Fosfogliserat Fosfoenolpiruvat
j.
Fosfoenolpiruvat piruvat
§ Siklus
krebs
Siklus Krebs adalah tahapan
selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi antara asetil
ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat. Siklus
Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena menggambarkan langkah
pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil ko-A dengan asam oksaloasetat
untuk membentuk asam sitrat.
Siklus Krebs pertama-tama, asetil
ko-A hasil dari reaksi antara (dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus
dan bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah
“mengantar” asetil masuk ke dalam siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari
asetil dan keluar dari siklus. Kemudian, asam sitrat mengalami pengurangan dan
penambahan satu molekul air sehingga terbentuk asam isositrat. Lalu, asam
isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang kemudian mereduksi
NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2 dan membentuk asam
a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu, asam
a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi dengan
melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH. Selain itu,
asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk suksinil ko-A.
Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali meninggalkan siklus,
sehingga terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan perubahan suksinil ko-A
menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk menggabungkan satu
molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi satu molekul ATP. Kemudian,
asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua ion H+, yang kemudian diterima
oleh FAD dan membentuk FADH2, dan terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air
kemudian ditambahkan ke asam fumarat dan menyebabkan perubahan susunan (ikatan)
substrat pada asam fumarat, karena itu asam fumarat berubah menjadi asam malat.
Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+,
yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam oksaloasetat
kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali mengikat asetil
ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs.
Dari siklus Krebs ini, dari
setiap molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH2, dan 4 CO2.
Selanjutnya, molekul NADH dan FADH2 yang terbentuk akan menjalani rangkaian
terakhir respirasi aerob, yaitu rantai transpor elektron.
§ Transper electron
Transfer
elektron (ET) adalah proses dimana suatu elektron bergerak dari suatu atom atau
spesies kimia (misalnya molekul ) untuk lain atau spesies kimia atom. ET adalah
gambaran mekanistik dari konsep termodinamika redoks , dimana keadaan oksidasi
dari kedua pasangan perubahan reaksi. Berbagai
proses dalam biologi melibatkan reaksi ET termasuk oksigen yang mengikat,
fotosintesis, respirasi, dan rute detoksifikasi. Selain itu, proses transfer
energi dapat diformalkan sebagai pertukaran elektron dua (dua bersamaan ET
peristiwa berlawanan arah) dalam hal jarak kecil antara molekul mentransfer. ET
reaksi biasanya melibatkan kompleks logam transisi, tapi sekarang ada banyak contoh
ET dalam kimia organic.
E.
Data
hasil pengamatan
Gb.
11. Keadaan awal table A dan table B
Gb.
12 keadaan awal table C dan table D
Data
hasil penelitian disajikan dalam bentuk table berikut ini.
No
|
10 Menit ke-
|
Tabung
|
Perubahan Warna
|
1
|
10' I
|
A
|
Cairan berwana biru pudar, dan
terdapat endapan berwarna putih pada bagian bawah cairan.
|
B
|
Cairan berwana biru pudar, dan
terdapat endapan berwarna putih pada bagian bawah cairan.
|
||
C
|
Cairan berwarna putih agak bening,
pada bagian atas terdapat gelembung
|
||
D
|
Cairan berwarna putih agak bening,
pada bagian atas terdapat gelembung
|
||
2
|
10' II
|
A
|
Cairan berwarna biru pudar dan tidak
terdapat gelembung
|
B
|
Cairan berwarna biru pudar dan tidak
terdapat gelembung
|
||
C
|
Cairan berwarna putih dan terdapat
endapan berwarna gading serta terdapat gelembung
|
||
D
|
Cairan berwarna putih dan terdapat
endapan berwarna gading serta terdapat gelembung yang lebih banyak jika
dibandingkan tabung C. karena tabung C merupakan cairan yang ditutup dengan
alumunium foil, sedangkan tabung D tidak ditutup alumunium foil.
|
||
3
|
10' III
|
A
|
Cairan berwarna biru pudar dan tidak terdapat
gelembung, pada bagian dasar/bagian bawah terdapat endapan dengan 2 lapisan,
lapisan mendasar paling bawah berwarna putih, sedangkan lapisan kedua yang
berada diatasnya berwarna biru.
|
B
|
Cairan berwarna biru pudar dan tidak
terdapat gelembung, pada bagian dasar/bagian bawah terdapat endapan dengan 2
lapisan, lapisan mendasar paling bawah berwarna putih, sedangkan lapisan
kedua yang berada diatasnya berwarna biru.
|
||
C
|
Cairan berwarna agak bening dari
sebelumnya, dan terdapat endapan yang berwarna gading serta terdapat
gelembung.
|
||
D
|
Cairan berwarna agak bening dan keruh,
serta terdapat endapan yang berwarna gading dan terdapat gelembung yang
semakin banyak.
|
||
4
|
A
|
Warna biru pada cairan hamper hilang
dan tidak terdapat gelembung tetapi terdapat endapan dengan 2 lapisan,
lapisan mendasar paling bawah berwarna putih, sedangkan lapisan kedua yang
berada diatasnya berwarna biru.
|
|
B
|
Warna biru pada cairan hamper hilang
dan tidak terdapat gelembung tetapi terdapat endapan dengan 2 lapisan,
lapisan mendasar paling bawah berwarna putih, sedangkan lapisan kedua yang
berada diatasnya berwarna biru.
|
||
C
|
Cairan berwarna bening, dan pada
bagian dasar atau bagian bawah cairan terdapat perubahan warna pada endapan
menjadi putih tulang, serta terdapat sedikit gelembung.
|
||
D
|
Cairan berwarna keruh, dan pada bagian
dasar atau bagian bawah cairan terdapat perubahan warna pada endapan menjadi
putih tulang, serta terdapat gelembung yang jumlahnya cukup banyak jika
dibandingkan dengan tabung C.
|
Keterangan:
Tabung A : Dipanaskan dan ditutup dengan
alumunium foil
Tabung B : Dipanaskan dan tidak ditutup dengan
alumunium foil
Tabung C : Tidak dipanaskan dan ditutup dengan
alumunium foil
Tabung D : Tidak dipanaskan dan tidak ditutup
dengan alumunium foil
Gb. 13. Hasil
akhir reaksi (tabung A, tabung B, tabung C, dan tabung D)
F.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan, maka jelas terdapat
perbedaan kondisi dari keempat tabung reaksi yang diamati. Tabung A merupakan
cairan gist yang dipanaskan dan dicampurkan dengan methylene blue (1 cc) dan
larutan glukosa 10%, dan 5 cc akuades kemudian dikocok serta keadaan tabung
tertutup dengan alumunium foil. Keadaan akhir tabung A setelah 40 menit berlalu
dan berada di dalam suhu 40̊C adalah cairan di dalam tabung
berwarna biru namun hampir hilang dan tidak terdapat gelembung tetapi terdapat
endapan dengan 2 lapisan, lapisan mendasar paling bawah berwarna putih,
sedangkan lapisan kedua yang berada diatasnya berwarna biru. Sedangkan tabung B
merupakan tabung yang diisi dengan 1 cc cairan gist yang dipanaskan dan
dicampurkan dengan methylene blue (1 cc) dan larutan glukosa 10%, dan 5 cc
akuadest kemudian dikocok serta keadaan tabung tidak ditutupi oleh alumunium
foil atau dibiarkan langsung bersentuhan dengan udara luar. Keadaan akhir
tabung B setelah 40 menit berlalu dan berada di dalam suhu 40̊C adalah cairan
dalam tabung berwarna biru pada cairan hamper hilang dan tidak
terdapat gelembung tetapi terdapat endapan dengan 2 lapisan, lapisan mendasar
paling bawah berwarna putih, sedangkan lapisan kedua yang berada diatasnya
berwarna biru.
Berbeda dengan kedua tabung sebelumnya (tabung A dan
tabng B) maka tabung C dan D merupakan tabung yang berisi 1 cc cairan gist yang
tidak dipanaskan namun keadaan tabung ditutup dengan alumunium foil. Setelah
ditambahkan 1 cc larutan glukosa 10% dan 1 cc methylene blue, dan 5 cc akuadest
kemudian dikocok, maka hasil akhir setelah 40 menit berlalu di dalam suhu 40̊C
adalah cairan
pada tabung C berwarna bening, dan pada bagian dasar atau bagian bawah cairan
terdapat perubahan warna pada endapan menjadi putih tulang, serta terdapat
sedikit gelembung. Berbeda dengan tabung C, keadaan tabung d dibiarkan terbuka
tidak tertutup oleh alumunium foil. Setelah ditambahkan 1 cc larutan glukosa
10% dan 1 cc methylene blue, dan 5 cc akuadest kemudian dikocok, maka hasil
akhir setelah 40 menit berlalu di dalam suhu 40̊C adalah cairan
pada tabung D berwarna keruh, dan pada bagian dasar atau bagian bawah cairan
terdapat perubahan warna pada endapan menjadi putih tulang, serta terdapat
gelembung yang jumlahnya cukup banyak jika dibandingkan dengan tabung C.
Reaksi yang terjadi pada tabung C dan D berlangsung lebih lambat karena
kedua tabung tersebut merupakan tabung yang cairan gist nya tidak dipanaskan.
Berbeda dengan itu, tabung A dan B yang terlebih dahulu dipanaskan larutan
gishnya sehingga menghasilkan warna yang lebih muda (bir muda yang pudar) daripada
tabung C dan D, karena ini merupakan
cairan yang lartan gishnya dipanaskan sehingga mikroorganismenya akan
mati dan tidakakan bereaksi.
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan /pembongkaran senyawa kimia
kompleks yang mengandung energy tinggi menjadi senyawa sederhana yang
mengandung energy lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk
membebaskan energy yang terkandung di dalam senyawa sumber. Bila pembongkaran
suatu zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut proses respirasi, bila
dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut fermentasi. Respirasi yaitu
suatu proses pembebasan energy yang tersimpan dalam zat sumber energy melalui
proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energy
kimia ATP untuk kegiatan kehidupan,seperti sintesis (anabolisme), gerak,
pertumbuhan. Proses respirasi aerob melibatkan tiga tahap, yaitu:
§ Glikolisis
§ Siklus
krebs
§ Transfer
electron
G.
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum maka dapat disimpulkan
bahwa larutan
gish yang dipanaskan (tabung A dan tabung B) akan mematikan mikroorganisme
sehingga tidak akan terjadi reaksi, adapun reaksi yang terjadi tidak akan
terjadi secara signifikan. Berbeda dengan larutan gist yang tidak di panaskan
akan tejadi reaksi karena mokroorganismenya tidak mati. Reaksi tersebut bias
berupa gelembung yang dihasilkan, endapan, dan perubahan warna yang terjadi
(tabung C dan tabung D).
H.
Evaluasi
1. Apakah
tujuan dari praktikum ini?
Jawab : untuk mengetahui dan memahami proses
oksidasi dalam masa respirasi pada larutan gist (Sacharomices sercuise).
2. Apa
fungsi larutan gist pada praktikum ini?
Jawab : larutan gist merupakan larutan yang mengandung
mikroorganisme (bakteri Sacharomices)
yang menjadi objek pengamatan dari praktikum ini. Sebagai penentu pula cepat
atau lambatnya reaksi karena keadaan organisme yang mati jika dipanaskan dan
sebaliknya.
3. Apa sebabnya ada sebagian tabung
yang dibuka sementara tabng lainnya ditutup?
Jawab :
tabung A :
dipanaskan dan ditutup dengan alumunium foil
tabung B :
dipanaskan dan tidak ditutup dengan alumunium foil
tabung C :
tidak dipanaskan dan ditutup dengan alumunium foil
tabung D :
tidak dipanaskan dan tidak ditutup dengan alumunium foil
Keadaan
tabung yang dibiarkan bersentuhan langsung dengan lingkungan luar dilakukan
untuk mengetahui perbedaan reaksi yang terjadi dengan kelimpahan oksigen (O2)
yang lebih banyak ketimbang tabung yang ditutup dengan keadaan oksigen (O2)
yang terbatas. Serta dapat mengetahui oksigen (O2) dapat memberikan pengaruh
terhadap respirasi Sacharomices atau
tidak.
4. Tuliskan
langkah kerja praktikum dengan menggunakan kalimat negative!
Jawab :
1) Mempersiapkan
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
2) Memberikan
label atau tanda pada ke empat tabung reaksi dengan huruf A, B, C, dan D.
3) Mengambil
5 cc larutan gish kemudian didihkan.
4) Memasukkan
masing-masing 1 cc larutan tersebut kedalam tabung A dan B.
5) Mengambil
5 cc larutan gish yang masih dingin tanpa perlu di panaskan, kemudian di
masukkan masing-masing 1 cc ke dalam tabung C dan D.
6) Menambahkan
ke dalam setiap tabung di atas sebanyak 1 cc larutan glukosa 10% dan 1 cc
methylen blue.
7) Mengencerkan
semua tabung tersebut dengan akuades sebanyak 5 cc kemudian sumbat dengan ibu
jari serta mengocok tabung tersebut.
8) Membiarkan
tabung B dan D terbuka sedangkan tabung A dan C tertutup dengan alumunium foil.
9) Memasukkan
semua tabung reaksi tersebut ke dalam penangas air dengan suhu 40 derajat C.
10) Mengamati
perubahan warna yang terjadi dengan selang waktu 10 menit selama 40 menit.
5. Apa yang
dimaksud dengan respirasi sel?
jawab : merupakan sebuah proses pertukaran oksigen (O2) dan
karbon dioksidan (CO2) yang disebut juga metabolism.
Taptanya adalah anabolisme, yaitu pembentukan molekul sederha menjadi molekul
yang lebih kompleks. Dan akatabolisme adalah prpses pemecahan molekul kompleks
menjadi molekul sederhana.
6. Apakah
yang dimaksud denga oksidasi?
Jawab : Oksidasi menjelaskan pelepasan
elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Atau dapat dikatakan reaksi
antara molekul oksigen (O2) dan semua zat yang berbeda.
7. Apa
sebabnya terjadi perbedaan kecepatan perubahan warna antara tabung A, B, dengan
tabung C dan D?
Jawab : karena pada saat proses pengamatan dilakukan perlakuan yang
berbeda pada setiap tabung. Seperti halnya lartan gist yang dipanaskan dan
tidak dimaksudkan untuk mematikan mokroorganisme (dipanaskan) dan dibiarkan
terbuka atau ditutup oleh alumunium foil dimaksudkan untuk melihat perbedaan
reaksi yang berkaitan dengan oksigen (O2). Perbedaan
kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi
berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan
pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist didihkan
terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam
larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas
respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal
inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan
warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gistnya tidak dipanaskan sehingga
warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan
respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih
dibandingkan warna awal.
Daftar Pustaka
Nurjaman,Sopyan.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:Lili
Creative
http://id.wikipedia.org/wiki/Redoks [diakses
pada 7 November 2014]
http://id.wikipedia.org/wiki/Respirasi [diakses
pada 7 November 2014]
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis [diakses
pada 7 November 2014]
http://mahmuddin.wordpress.com/2009/10/01/kemosintesis/ [diakses
pada 7 November 2014]