Rabu, 29 Oktober 2014

Laporan Praktikum Pengaruh Suhu terhadap Kerja Enzim

PENGARUH SUHU TERHADAP KERJA ENZIM AMILASE

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan (Praktikum) pada semester V

Disusun oleh:
Rini Indriani
(12542006)
Ina Nurlaela
(12542007)
Imas Rini Rukmana
(12542009)
Dede Sumyati
(12542011)
Iis Siti Nurfadilah
(12542014)


Program Studi Pendidikan Biologi S-1
Kelas : 3-B








LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT

2014






PENGARUH SUHU TERHADAP KERJA ENZIM AMILASE

A.    Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu atau temperature terhadap kerja enzim amylase pada saliva (air ludah).

B.     Alat dan bahan
·         Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
-          Gelas kimia     (4 buah)

-          Gelas ukur


-          Pipet tetes       (2 buah)


-          Kain kassa
-          Bunsen spirtus
-          Kaki tiga
-          Korek api/bensin
-          Rak tabung reaksi

-          Tabung reaksi  (4 buah)
-          Spatula

-          Penjepit tabung

-          Thermometer

-          Tissue


-          Kamera


-          Alat tulis


·         Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
-          Larutan amilum           (30 ml)
-          Aquades                      (300 ml)
-          Saliva                          (50 ml)

-          Cairan benedict           (20 ml)

C.    Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah:
1)      Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
2)      Mengumpulkan saliva sebanyak 50 ml
3)      Menyaring saliva dengan air kassa
4)      Menyiapkan penanggas air
5)      Memasukkan amilum (air tepung) ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml.
6)      Tabung reaksi yang telah diisi 5 ml amilum disimpan selama 10 menit
7)      Memisahkan ke enam tabung reaksi kedalam 3 kategori suhu, yaitu:
-          2 tabung disimpan pada suhu normal (24°C)
-          2 tabung disimpan pada suhu 37°C - 38°C
-          2 tabung disimpan pada suhu > 80°C
8)      Meneteskan saliva atau air ludah kedalam masing-masing tabung sebanyak 15 tetes
9)      Meneteskan 2 tetes benedict ke dalam masing-masing tabung reaksi
10)  Diamkan selama 5 menit, lalu amati perubahan yang terjadi
11)  Selama 5 menit sekali berikan 2 tetes benedict sampai berubah warna ata terjadi rekasi.

D.    Landasan teori
Amilase saliva adalah enzim yang terdapat dalam air ludah. Enzim ini bekerja pada pati dan dekstrin (atau juga Glikogen ) dan mengubahnya menjadi maltosa, dengan hasil antara amilo dekstrin, eritrodekstrin, dan aktrodekstrin. Sekitar 1500 air liur disekresi per hari. pH saliva saat kelenjar istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif, pHnya mencapai 8,0. Air liur mengandung dua enzim pencernaan: lipase lingual, yang disekresi oleh kelenjar di lidah, dan α-amilase saliva, yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Saliva juga mengandung musin, yaitu glikoprotein yang melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut. Saliva juga mengandung immunoglobulin sekretorik IgA; lisozim, yang menyerang dinding kuman; laktoferin, yang mengikat besi dan bersifat bakteriostatik; dan protein kaya-plorin yang melindung email gigi dan mengikat tannin yang toksik.
Beberapa fungsi penting dari saliva yaitu memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban mulut, bekerja sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya antibakteri, dan penderita defisiensi salivasi (xerostomia) mempunyai insidens karies gigi yang lebih tinggi daripada normal. Sistem dapar saliva membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati (heartburn) bila getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam esophagus.
Kandungan ion dalam air liur sangat bervariasi dari spesies ke spesies dan dari kelenjar ke kelenjar. Akan tetapi, umumnya saliva yang disekresi di dalam asini mungkin isotonik, dengan konsentrasi Na+, K+, Cl-, dan HCO3- yang mirip dengan komposisi plasma. Duktus ekskretorius dan mungkin duktus interkalaris yang bermuara ke dalam duktus ekskretorius memodifikasi komponen saliva dengan mengambil Na+ dan Cl- dan menambahkan K+ dan HCO3-. Duktus tersebut relative impermeable terhadap air. Jadi, pada aliran saliva yang lambat, saliva yang sampai ke mulut bersifat hipotonik, sedikit asam, dan kaya akan K+ tetapi relatif kurang Na+ dan Cl-. Jika aliran saliva cepat, komposisi ion tidak memiliki cukup waktu untuk berubah di dalam duktus. Akibatnya, meskipun pada manusia tetap bersifat hipotonik, saliva lebih cenderung isotonik, dengan konsentrasi Na+ dan Cl- yang lebih tinggi. Aldosteron meningkatkan konsentrasi K+ dan menurunkan konsentrasi Na+ saliva dengan kerja yang analog seperti kerja hormone di ginjal, dan terlihat rasio Na+/K+ saliva yangtinggi bila jumlah aldosteron berkurang pada penyakit Addison. Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang sangat kecil. Sekresi saliva normal harian berkisar 800-1500 ml. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama : (1) Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu α-amilase), yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan (2) Sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan perlindungan dan pelumasan. Kelenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi tipe serosa, sementara kelenjar submandibularis dan sublingualis menyekresi mucus dan serosa. Kelenjar bukalis hanya menyekresi mucus. Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,0; suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin.

Enzim merupakan satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah reaksi. Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
(http://metabolismalink.freehostia.com/enzim.htm/2007).

Terdapat  2 macam cara kerja enzim:
1.      Lock and key (gembok dan anak kunci)
Setiap enzim memiliki sisi aktif yang tersusun dari sejumlah asam amino. Bentuk sisi aktif ini sangat spesifik, sehingga hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim.
2.      Induced fit (induksi pas)
Sisi aktif enzim merupakan bentuk yang tidak kaku (fleksibel). Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif berubah bentuk sesuai dengan bentuk substrat kemudian terbentuk kompleks enzim-substrat. Pada saat produk sudah terlepas dari kompleks, maka enzim lepas dan kembali bereaksi dengan substrat yang lain. Enzim bekerja dengan cara mengkatalis reaksi sehingga meningkatkan kecepatan reaksi yang dilakukan dengan menurunkan energi aktivasi (energi yang dibutuhkan untuk reaksi).

Secara singkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain :
·         Berfungsi sebagi biokatalisator
·         Merupakan suatu protein
·         Bersifat khusus atau spesifik
·         Merupakan suatu koloid
·         Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
·         Tidak tahan panas


Ada beberapa factor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu:
1.      Suhu, semakin tinggi suhu maka kerja enzim juga akan meningkat, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2.      pH, pengaruhnya bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3.      Konsentrasi substart, semakin tinggi konsentrasi substrat maka semakin meningkat juga kerja enzim tetapi akan mencapai titik maksimal pada konsentrasi tertentu. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
4.      Konsentrasi enzim, semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin meningkat juga kerja enzim. Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
5.      Adanya activator, aktivator merupakan zat yang memicu kerja enzim.
6.      Adanya inhibitor, inhibitor merupakan zat yang menghambat kerja enzim.
(http://fionaangelina.com/2008/09/14/enzim/)
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Dari hal tersebut, maka dikenal dua tipe enzim, yaitu enzim ekstra seluler, atau eksoenzim (berfungsi di luar sel) dan enzim intraseluler, atau endoenzim (berfungsi di dalam sel). Cara kerja enzim adalah dengan membentuk senyawa enzim-substrat, kemudian menghasilkan suatu produk tanpa merubah senyawa enzim itu sendiri, setelah produk terbentuk maka enzim akan melepaskan diri untuk membentuk senyawa baru dengan substrat yang lain.

Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, enzim dibagi dalam enam kelompok golongan besar, yaitu:
1.      Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa (donor). Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). Enzim-enzim oksidate juga sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu substrat.
2.      Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltrasferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, dll.
3.      Hidrolase
Enzim yang termasuk golongan iini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Enzim yang termasuk golongan ini ialah esterase, lipase, amilase, dll
4.      Isomerase
Bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler. Contoh yang termasuk enzim ini ialah ribulosafosfat epimerase dan glukosa fosfat isomerase
5.      Ligase
Bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karena itu enzim tersebut dinamakan sintesase, ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain glutamin sintetase dan piruvat karboksilase (Anna Poedjiadi, 2005: 153-157).







E.     Data hasil pengamatan
Data hasil penelitian disajikan dalam 3 tabel yang perlakuan (suhu) berbeda – beda.
Tabel. 1 Pada suhu 24°C
Waktu
Perubahan Warna Pada Suhu  24°C

Tabung – I
Tabung – II
5 menit awal

Cairan berwarna bening
Cairan berwarna bening
5 menit ke – 1
+ + +
Cairan berwarna biru memudar, namun bagian bawah lebih terlihat birunya
+ + +
Cairan berwarna biru memudar, namun bagian bawah lebih terlihat birunya
5 menit ke – 2
+ + + +
Cairan berwarna biru pekat di bagian bawah
+ + + +
Cairan berwarna biru pekat dibagian bawah
5 menit ke – 3
+ + + + +

Cairan berwarna biru pekat bagian bawahnya


+ + + + +
Cairan berwarna biru pekat bagian bawahnya

5 menit ke – 4
+ + + + +
Cairan berwarna biru
+ + + + +
Cairan berwarna biru

5 menit ke – 5
+ + + + +
Cairan berwarna biru muda
+ + + + +
Cairan berwarna biru muda
5 menit ke – 6
+ + + + +
Cairan berwarna biru muda
+ + + + +
Cairan berwarna biru muda
5 menit ke – 7
+ + + + + +
Cairan berwarna biru muda (biru langit)
+ + + + + +
Cairan berwarna biru muda (biru langit)
5 menit ke – 8
+ + + + + + +
Cairan berwarna biru muda (biru langit), namun bagian bawah lebih tua
+ + + + + + +
Cairan berwarna biru muda (biru langit) bawahnya lebih tua


5 menit ke – 9
+ + + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan bawahnya lebih tua
+ + + + + + ++ + +
Cairan berwarna biru pudar dan bagian bawahnya lebih tua



5 menit – 10
+ + + + + + + +
Cairan berwarna biru pudar, tidak sepekat awal
+ + + + + + + +
Cairan berwarna biru pudar, tidak sepekat awal




Tabel – 2 pada suhu 37°C - 38°C
Waktu
Perubahan Warna Pada Suhu 37°C - 38°C
Tabung – I
Tabung – II
5 menit awal
Cairan berwarna bening
Cairan berwarna bening
5 menit ke – 1
+ +
Cairan berwarna biru. Biru tua mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru bagian bawah


+ +
Cairan berwarna biru. Biru tua mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru bagian bawah

5 menit ke – 2
+ + +
Cairan berwarna biru dan lebih biru dari sebelumnya
+ + +
Cairan berwarna biru dan lebih biru dari sebelumnya
5 menit  ke – 3
+ + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru bagian bawah
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru bagian bawah


5 menit ke – 4
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru bagian bawah
+ + + +  +
Cairan berwarna biru. Biru mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru bagian bawah

5 menit ke – 5
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru pudar
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru kehijauan, namun hijaunya pudar

5 menit ke – 6
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata, bagian bawah sedikit berwarna biru tua
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata serta agak kehijauan, bagian bawah sedikit berwarna biru tua

5 menit ke – 7
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata dan agak kehijauan, bagian bawah sedikit berwarna biru
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata serta agak kehijauan, bagian bawah sedikit berwarna biru
Description: D:\PR Fiswan\201410A0\22102014205.jpg
5 menit ke – 8
+ + + + + + +
Sairan secara merata atau menyeluruh terlihat berwarna biru kehijauan yang pudar namun pada bagian atas berwarna agak kekuningan
+ + + + + + +
Sairan secara merata atau menyeluruh terlihat berwarna biru kehijauan yang pudar namun pada bagian atas berwarna agak kekuningan

5 menit ke – 9
+ + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi warna biru pudar dan sedikit kehijauan
+ + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi warna biru pudar dan sedikit kehijauan

5 menit ke – 10
+ + + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi warna biru pudar dan sedikit kehijauan namun cukup merata
+ + + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi warna biru pudar dan sedikit kehijauan namun cukup merata


Description: D:\PR Fiswan\201410A0\37.jpg

Tabel – 3 pada suhu > 80°C
Waktu
Perubahan Warna Pada Suhu > 80°C
Tabung – I
Tabung – II
5 menit awal
Cairan berwarna bening
Berwarna bening
5 menit ke – 1
+ +
Cairan berwarna bening, dan dibagian tengah terdapat gumpalan berwarna putih yang melayang
+ +
Cairan berwarna biru pucat, terdapat gumpalan berwarna putih yang melayang dibagian tengah
Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022141208.jpg
5 menit ke – 2
+ +
Cairan berwarna biru dan masih terdapat gumpalan berwarna putih
+ +
Pada bagian atas cairan berwarna kuning, sedangkan bagian bawah berwarna hijau biru, dan gumpalan yang berada ditengah berwarna kuning.
Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022141421.jpg
5 menit ke – 3
+ + +
Cairan berwarna biru, dan gumpalan berwarna coklat
+ + +
Cairan terbagi menjadi 3 lapisan pada bagian atas berwarna biru, dibawahnya berwarna hijau dan gumpalan berwarna coklat
Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022141919.jpg
5 menit ke – 4
+ + + +
Cairan berwarna biru , dan gumpalan berwarna coklat
+ + + +
Cairan di bagian atas berwarna hijau, dan di bagian bawah berwarna biru, sedangkan gumpalan berwarna coklat.


Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022142423.jpg
5 menit ke – 5
+ + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru, dan pada bagian bawah berwarna hijau, serta gumpalan yang berwarna coklat
+ + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru, dan pada bagian bawah berwarna hijau pekat, serta gumpalan yang berwarna coklat
Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022142547.jpg
5 menit ke – 6
+ + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan berwarna coklat
+ + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru, dan pada bagian bawah berwarna hijau, serta gumpalan yang berwarna coklat pekat

Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022142753.jpg
5 menit ke – 7
+ + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan berwarna coklat pudar
+ + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru, dan pada bagian bawah berwarna hijau, serta gumpalan yang berwarna coklat pudar
Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022143808.jpg
5 menit ke – 8
+ + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan berwarna coklat pudar
+ + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru, dan pada bagian bawah berwarna hijau pudar, serta gumpalan yang berwarna coklat pudar

Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022144558.jpg
5 menit ke – 9
+ + + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan berwarna coklat
+ + + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru, dan pada bagian bawah berwarna hijau pudar, serta gumpalan yang berwarna coklat pudar

Description: D:\PR Fiswan\IMG20141022145146.jpg
5 menit  ke – 10
+ + + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan berwarna coklat
+ + + + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru pudar, dan pada bagian bawah berwarna hijau pudar, serta gumpalan yang berwarna coklat


Keterangan :
+ + + + + + + + + +     : Menunjukkan kepekatan dari benedict
Hasil akhir

F.     Pembahasan
Uji benedict digunakan untuk menguji adanya glukosa dalam suatu larutan, benedict digunakan untuk mentes atau memeriksa kehadiran gula monosakarida dalam suatu cairan monosakarida bersifat reduktor, dengan meneteskan reagen akan menghasilkan endapan merah bata. Selain menguji kualitas secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam. Melalui saliva atau suatu cairan oral yang kompleks, yang tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Dihasilkan oleh kelenjar ludah.  Saliva disekresi di kelenjar saliva mayor yang terdiri dari kelenjar parotid, submandibula dan sublingualis dan kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal dan glossopalatina. Saliva diproduksi oleh masing-masing kelenjar saliva mayor yang berbeda dalam jumlah dan komposisinya. Kelenjar parotid menghasilkan saliva yang encer yang kaya akan enzim seperti amilase, protein seperti protein kaya proline dan glikoprotein lain. Kelenjar submandibular menghasilkan saliva yang bercampur yaitu serus dan mukus tapi yang lebih dominan adalah serus. Kelenjar sublingual menghasilkan saliva yang kental namun ditemukan sedikit sel serus.
Berdasarkan hasil praktikum tabung reaksi yang disimpan di suhu normal atau suhu ruangan 24 °C tidak terjadi perubahan yang signifikan hanya terjadi sedikit perubahan warna menjadi lebih pekat. Pada keadaan tabung di suhu 37°C - 38°C perubahan terjadi dan tidak terlalu signifikan, perubahan mengalami fluktasi terkadang warna pekat namun terkadang warna memudar, namun setelah beberapa lama warna cairan mulai merata dan terlihat sedikit memudar dan kehijauan. Perubahan yang terlihat jelas ada pada keadaan tabung reaksi dengan suhu diatas 80°C. cairan mengalami perubahan warna menjadi kehijauan awalnya, selanjutnya menguning dan terdapat gumpalan yang berwarna coklat seperti yang terlihat pada gambar di data hasil pengamatan.  Pada salah satu referensi dijelaskan pula bahwa pada uji benedict warna tidak begitu memperlihatkan perubahan namun ditemukan butiran-butiran putih dari menit ke menit pada setiap suhu, maka hal ini sesuai dengan teori bahwa ini menandakan adanya proses hidrolisis maltosa menjadi dua molekul glukosa. Proses pemanasan mempercepat hidrolisis maltosa menjadi glukosa. Pada uji iod ditemukan titik akromatis pada suhu 350C yang ditandai dengan intensitas kepekatan yang makin bertambah dari menit pertama hingga menit terakhir, namun dalam sumber literatur menyatakan bahwa suhu optimal enzim berada pada suhu 300C- 400C dan akan rusak di atas suhu 50C. Hal ini disebabkan apabila enzim berada pada suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan denaturasi (perubahan struktur) serta kerusakan pada enzim. Adapun pada referensi lain hasilnya adalah Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pada saliva, maka dilarutkan dalam akuades, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan selama 5-10 menit, selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata/coklat (kandungan glukosa tinggi). Proses pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi.

G.    Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa suhu memberikan pengaruh terhadap kerja enzim. semakin tinggi suhu maka kerja enzim juga akan meningkat, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Karena enzym merupaka suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi, teteapi ensym tersebut tidak ikut bereaksi. Enzym dapat rusak pada suhu panas karean enzym merupakan suatu protein. Enzym dapat bekerja bola balik selama enzym tersebuttidaklah rusak. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempercepat kerza enzym misalnya suhu, pH, kosentrasi enzyme, konsentrasi substrat, adanya activator dan inhibitor. Dalam praktikum ini pada suhu normal 24°C dan 38°C tidak terjadi perubahan yang signifikan, namun pada suhu diatas 80°C terjadi perubahan warna pada cairan, ini berarti enzim telah rusak.

H.    Evaluasi
1.      Apakah fungsi enzim amylase dan organ apa saja yang menghasilkannya?
Jawab        : enzim berfungsi dalam mempercepat suatu rekasi, seperti dalam proses pencernaan akan mengubah amilum menjadi glukosa. Dapat ditemukan di dalam rongga mulut, tapatnya pada air ludah (saliva). Serta di dalam organ-organ pencernaan lain.
2.      Apakah fungsi saliva pada pencernaan makanan?
Jawab        : memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban mulut, bekerja sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya antibakteri, dan penderita defisiensi salivasi (xerostomia) mempunyai insidens karies gigi yang lebih tinggi daripada normal. Sistem dapar saliva membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati (heartburn) bila getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam esophagus.

3.      Jelaskan urutan hidrolisis amilum!
Jawab        : Amilum diubah menjadi maltose yang dibantu oleh enzim amylase. Maltose diubah kembali menjadi glukosa oleh enzim maltase.
Amilum (S) + Amilase (E) → Amilase (E) – Amilum (S)
Amilase (E) + Maltosa (P)
Keterangan :
S    : Substrat
E    : Enzim
P    : Gula pereduksi

Daftar Pustaka
Nurjaman,Sopyan.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:Lili Creative
 jkjjjj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar