PENGARUH
SUHU TERHADAP KERJA ENZIM AMILASE
LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan (Praktikum) pada
semester V
Disusun
oleh:
Rini
Indriani
|
(12542006)
|
Ina
Nurlaela
|
(12542007)
|
Imas
Rini Rukmana
|
(12542009)
|
Dede
Sumyati
|
(12542011)
|
Iis
Siti Nurfadilah
|
(12542014)
|
Program Studi Pendidikan Biologi S-1
Kelas : 3-B
|
LABORATORIUM
BIOLOGI
SEKOLAH
TINGGI KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT
2014
PENGARUH SUHU TERHADAP KERJA ENZIM
AMILASE
A.
Tujuan
praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengaruh suhu atau temperature terhadap kerja enzim amylase pada saliva (air
ludah).
B.
Alat
dan bahan
·
Alat
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah:
-
Kain kassa
-
Bunsen spirtus
-
Kaki tiga
-
Rak tabung reaksi
-
Tabung reaksi (4 buah)
-
Spatula
-
Penjepit tabung
-
Thermometer
-
Kamera
·
Bahan
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah:
-
Larutan amilum (30 ml)
-
Aquades (300
ml)
-
Saliva (50
ml)
-
Cairan benedict (20 ml)
C.
Langkah
kerja
Adapun
langkah kerja dari praktikum ini adalah:
1) Mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
2) Mengumpulkan
saliva sebanyak 50 ml
3) Menyaring
saliva dengan air kassa
4) Menyiapkan
penanggas air
5) Memasukkan
amilum (air tepung) ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml.
6) Tabung
reaksi yang telah diisi 5 ml amilum disimpan selama 10 menit
7) Memisahkan
ke enam tabung reaksi kedalam 3 kategori suhu, yaitu:
-
2 tabung disimpan pada suhu normal (24°C)
-
2 tabung disimpan pada suhu 37°C - 38°C
-
2 tabung disimpan pada suhu > 80°C
8) Meneteskan
saliva atau air ludah kedalam masing-masing tabung sebanyak 15 tetes
9) Meneteskan
2 tetes benedict ke dalam masing-masing tabung reaksi
10) Diamkan
selama 5 menit, lalu amati perubahan yang terjadi
11) Selama
5 menit sekali berikan 2 tetes benedict sampai berubah warna ata terjadi
rekasi.
D.
Landasan
teori
Amilase
saliva adalah enzim yang terdapat dalam air ludah. Enzim ini bekerja pada pati
dan dekstrin (atau juga Glikogen ) dan mengubahnya menjadi maltosa, dengan
hasil antara amilo dekstrin, eritrodekstrin, dan aktrodekstrin. Sekitar 1500
air liur disekresi per hari. pH saliva saat kelenjar istirahat sedikit lebih
rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif, pHnya mencapai 8,0. Air liur
mengandung dua enzim pencernaan: lipase lingual, yang disekresi oleh kelenjar
di lidah, dan α-amilase saliva, yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva.
Saliva juga mengandung musin, yaitu glikoprotein yang melumasi makanan,
mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut. Saliva juga mengandung
immunoglobulin sekretorik IgA; lisozim, yang menyerang dinding kuman;
laktoferin, yang mengikat besi dan bersifat bakteriostatik; dan protein
kaya-plorin yang melindung email gigi dan mengikat tannin yang toksik.
Beberapa fungsi
penting dari saliva yaitu memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban
mulut, bekerja sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap,
membantu proses bicara dengan memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan
mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya
antibakteri, dan penderita defisiensi salivasi (xerostomia) mempunyai insidens
karies gigi yang lebih tinggi daripada normal. Sistem dapar saliva membantu
mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga membantu menetralkan asam
lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati (heartburn) bila getah lambung
mengalami regurgitasi ke dalam esophagus.
Kandungan ion
dalam air liur sangat bervariasi dari spesies ke spesies dan dari kelenjar ke
kelenjar. Akan tetapi, umumnya saliva yang disekresi di dalam asini mungkin
isotonik, dengan konsentrasi Na+, K+, Cl-, dan HCO3- yang mirip dengan
komposisi plasma. Duktus ekskretorius dan mungkin duktus interkalaris yang
bermuara ke dalam duktus ekskretorius memodifikasi komponen saliva dengan
mengambil Na+ dan Cl- dan menambahkan K+ dan HCO3-. Duktus tersebut relative
impermeable terhadap air. Jadi, pada aliran saliva yang lambat, saliva yang
sampai ke mulut bersifat hipotonik, sedikit asam, dan kaya akan K+ tetapi
relatif kurang Na+ dan Cl-. Jika aliran saliva cepat, komposisi ion tidak
memiliki cukup waktu untuk berubah di dalam duktus. Akibatnya, meskipun pada
manusia tetap bersifat hipotonik, saliva lebih cenderung isotonik, dengan
konsentrasi Na+ dan Cl- yang lebih tinggi. Aldosteron meningkatkan konsentrasi
K+ dan menurunkan konsentrasi Na+ saliva dengan kerja yang analog seperti kerja
hormone di ginjal, dan terlihat rasio Na+/K+ saliva yangtinggi bila jumlah
aldosteron berkurang pada penyakit Addison. Kelenjar saliva yang utama adalah
kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, selain itu juga ada
beberapa kelenjar bukalis yang sangat kecil. Sekresi saliva normal harian
berkisar 800-1500 ml. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama :
(1) Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu α-amilase), yang merupakan
enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan (2) Sekresi mucus yang mengandung
musin untuk tujuan perlindungan dan pelumasan. Kelenjar parotis hampir
seluruhnya menyekresi tipe serosa, sementara kelenjar submandibularis dan
sublingualis menyekresi mucus dan serosa. Kelenjar bukalis hanya menyekresi
mucus. Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,0; suatu kisaran yang menguntungkan
untuk kerja pencernaan dari ptialin.
Enzim merupakan satu atau beberapa gugus polipeptida
(protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses
reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan
cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian
mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah reaksi. Enzim adalah
protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk hidup. Enzim
berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim berperan secara
lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan
dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan
tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
(http://metabolismalink.freehostia.com/enzim.htm/2007).
(http://metabolismalink.freehostia.com/enzim.htm/2007).
Terdapat 2 macam cara kerja enzim:
1. Lock
and key (gembok dan anak kunci)
Setiap enzim memiliki
sisi aktif yang tersusun dari sejumlah asam amino. Bentuk sisi aktif ini sangat
spesifik, sehingga hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi
substrat bagi enzim.
2. Induced
fit (induksi pas)
Sisi aktif enzim
merupakan bentuk yang tidak kaku (fleksibel). Ketika substrat memasuki sisi
aktif enzim, bentuk sisi aktif berubah bentuk sesuai dengan bentuk substrat
kemudian terbentuk kompleks enzim-substrat. Pada saat produk sudah terlepas
dari kompleks, maka enzim lepas dan kembali bereaksi dengan substrat yang lain.
Enzim bekerja dengan cara mengkatalis reaksi sehingga meningkatkan kecepatan
reaksi yang dilakukan dengan menurunkan energi aktivasi (energi yang dibutuhkan
untuk reaksi).
Secara
singkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain :
·
Berfungsi sebagi biokatalisator
·
Merupakan suatu protein
·
Bersifat khusus atau spesifik
·
Merupakan suatu koloid
·
Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu
banyak
·
Tidak tahan panas
Ada
beberapa factor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu:
1. Suhu,
semakin tinggi suhu maka kerja enzim juga akan meningkat, karena enzim adalah
suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig
enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2. pH,
pengaruhnya bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya enzim efektifitas maksimum
pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel
karena menjadi denaturasi protein.
3. Konsentrasi
substart, semakin tinggi konsentrasi substrat maka semakin meningkat juga kerja
enzim tetapi akan mencapai titik maksimal pada konsentrasi tertentu. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat
reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi,
walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
4. Konsentrasi
enzim, semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin meningkat juga kerja enzim.
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
5. Adanya
activator, aktivator merupakan zat yang memicu kerja enzim.
6. Adanya
inhibitor, inhibitor merupakan zat yang menghambat kerja enzim.
(http://fionaangelina.com/2008/09/14/enzim/)
(http://fionaangelina.com/2008/09/14/enzim/)
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk
proses biokimia yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Dari hal
tersebut, maka dikenal dua tipe enzim, yaitu enzim ekstra seluler, atau
eksoenzim (berfungsi di luar sel) dan enzim intraseluler, atau endoenzim
(berfungsi di dalam sel). Cara kerja enzim adalah dengan membentuk senyawa
enzim-substrat, kemudian menghasilkan suatu produk tanpa merubah senyawa enzim
itu sendiri, setelah produk terbentuk maka enzim akan melepaskan diri untuk
membentuk senyawa baru dengan substrat yang lain.
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya,
sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, enzim
dibagi dalam enam kelompok golongan besar, yaitu:
1. Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang
termasuk golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan
oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi
pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa (donor). Hidrogen yang dilepas
diterima oleh senyawa lain (akseptor). Enzim-enzim oksidate juga sebagai
katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu substrat.
2. Transferase
Enzim yang termasuk
golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari
suatu senyawa kepada senyawa lain. Enzim yang termasuk golongan ini ialah
metiltrasferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, dll.
3. Hidrolase
Enzim yang termasuk
golongan iini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Enzim yang
termasuk golongan ini ialah esterase, lipase, amilase, dll
4. Isomerase
Bekerja pada reaksi
perubahan intramolekuler. Contoh yang termasuk enzim ini ialah ribulosafosfat
epimerase dan glukosa fosfat isomerase
5. Ligase
Bekerja pada
reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karena itu enzim tersebut
dinamakan sintesase, ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah
ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain glutamin
sintetase dan piruvat karboksilase (Anna Poedjiadi, 2005: 153-157).
E.
Data
hasil pengamatan
Data
hasil penelitian disajikan dalam 3 tabel yang perlakuan (suhu) berbeda – beda.
Tabel.
1 Pada suhu 24°C
Tabel
– 2 pada suhu 37°C - 38°C
Waktu
|
Perubahan Warna Pada Suhu 37°C -
38°C
|
|
Tabung – I
|
Tabung – II
|
|
5 menit awal
|
Cairan berwarna bening
|
Cairan berwarna bening
|
5 menit ke – 1
|
+ +
Cairan berwarna biru. Biru tua
mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi
tidak sebiru bagian bawah
|
+ +
Cairan berwarna biru. Biru tua
mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi
tidak sebiru bagian bawah
|
5 menit ke – 2
|
+ + +
Cairan berwarna biru dan lebih biru dari
sebelumnya
|
+ + +
Cairan berwarna biru dan lebih biru
dari sebelumnya
|
5 menit ke – 3
|
+ + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua
mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi
tidak sebiru bagian bawah
|
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua
mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi
tidak sebiru bagian bawah
|
5 menit ke – 4
|
Cairan berwarna biru. Biru mendominasi
bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru
bagian bawah
|
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru mendominasi
bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru tetapi tidak sebiru
bagian bawah
|
5 menit ke – 5
|
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua
mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru pudar
|
+ + + + +
Cairan berwarna biru. Biru tua
mendominasi bagian dasar atau bawah dan bagian atas berwarna biru kehijauan,
namun hijaunya pudar
|
5 menit ke – 6
|
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata,
bagian bawah sedikit berwarna biru tua
|
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata
serta agak kehijauan, bagian bawah sedikit berwarna biru tua
|
5 menit ke – 7
|
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata
dan agak kehijauan, bagian bawah sedikit berwarna biru
|
+ + + + + +
Cairan berwarna biru pudar dan merata
serta agak kehijauan, bagian bawah sedikit berwarna biru
|
5 menit ke – 8
|
+ + + + + + +
Sairan secara merata atau menyeluruh
terlihat berwarna biru kehijauan yang pudar namun pada bagian atas berwarna
agak kekuningan
|
+ + + + + + +
Sairan secara merata atau menyeluruh
terlihat berwarna biru kehijauan yang pudar namun pada bagian atas berwarna
agak kekuningan
|
5 menit ke – 9
|
+ + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi
warna biru pudar dan sedikit kehijauan
|
+ + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi
warna biru pudar dan sedikit kehijauan
|
5 menit ke – 10
|
+ + + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi
warna biru pudar dan sedikit kehijauan namun cukup merata
|
+ + + + + + + + +
Warna cairan mulai berubah menjadi
warna biru pudar dan sedikit kehijauan namun cukup merata
|
Tabel
– 3 pada suhu > 80°C
Waktu
|
Perubahan Warna Pada Suhu > 80°C
|
|
Tabung – I
|
Tabung – II
|
|
5 menit awal
|
Cairan berwarna bening
|
Berwarna bening
|
5 menit ke – 1
|
+ +
Cairan berwarna bening, dan dibagian
tengah terdapat gumpalan berwarna putih yang melayang
|
+ +
Cairan berwarna biru pucat, terdapat
gumpalan berwarna putih yang melayang dibagian tengah
|
5 menit ke – 2
|
+ +
Cairan berwarna biru dan masih
terdapat gumpalan berwarna putih
|
+ +
Pada bagian atas cairan berwarna
kuning, sedangkan bagian bawah berwarna hijau biru, dan gumpalan yang berada
ditengah berwarna kuning.
|
5 menit ke – 3
|
+ + +
Cairan berwarna biru, dan gumpalan
berwarna coklat
|
+ + +
Cairan terbagi menjadi 3 lapisan pada
bagian atas berwarna biru, dibawahnya berwarna hijau dan gumpalan berwarna
coklat
|
5 menit ke – 4
|
+ + + +
Cairan berwarna biru , dan gumpalan
berwarna coklat
|
+ + + +
Cairan di bagian atas berwarna hijau,
dan di bagian bawah berwarna biru, sedangkan gumpalan berwarna coklat.
|
5 menit ke – 5
|
+ + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru,
dan pada bagian bawah berwarna hijau, serta gumpalan yang berwarna coklat
|
+ + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru,
dan pada bagian bawah berwarna hijau pekat, serta gumpalan yang berwarna coklat
|
5 menit ke – 6
|
+ + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan
berwarna coklat
|
+ + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru,
dan pada bagian bawah berwarna hijau, serta gumpalan yang berwarna coklat
pekat
|
5 menit ke – 7
|
+ + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan
berwarna coklat pudar
|
+ + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru,
dan pada bagian bawah berwarna hijau, serta gumpalan yang berwarna coklat
pudar
|
5 menit ke – 8
|
+ + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan
berwarna coklat pudar
|
+ + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru,
dan pada bagian bawah berwarna hijau pudar, serta gumpalan yang berwarna
coklat pudar
|
5 menit ke – 9
|
+ + + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan berwarna
coklat
|
+ + + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru,
dan pada bagian bawah berwarna hijau pudar, serta gumpalan yang berwarna
coklat pudar
|
5 menit ke – 10
|
+ + + + + + + +
Cairan berwarna biru dan gumpalan
berwarna coklat
|
+ + + + + + + + +
Pada bagian atas cairan berwarna biru
pudar, dan pada bagian bawah berwarna hijau pudar, serta gumpalan yang
berwarna coklat
|
Keterangan
:
+
+ + + + + + + + + : Menunjukkan
kepekatan dari benedict
Hasil
akhir
F.
Pembahasan
Uji benedict digunakan untuk menguji adanya glukosa
dalam suatu larutan, benedict digunakan untuk mentes atau memeriksa kehadiran
gula monosakarida dalam suatu cairan monosakarida bersifat reduktor, dengan
meneteskan reagen akan menghasilkan endapan merah bata. Selain menguji kualitas
secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam. Melalui saliva atau suatu
cairan oral yang kompleks, yang tidak berwarna yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
Dihasilkan oleh kelenjar ludah. Saliva disekresi di kelenjar saliva
mayor yang terdiri dari kelenjar parotid, submandibula dan sublingualis dan
kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis,
palatinal dan glossopalatina. Saliva diproduksi oleh masing-masing kelenjar
saliva mayor yang berbeda dalam jumlah dan komposisinya. Kelenjar parotid
menghasilkan saliva yang encer yang kaya akan enzim seperti amilase, protein
seperti protein kaya proline dan glikoprotein lain. Kelenjar submandibular
menghasilkan saliva yang bercampur yaitu serus dan mukus tapi yang lebih
dominan adalah serus. Kelenjar sublingual menghasilkan saliva yang kental namun
ditemukan sedikit sel serus.
Berdasarkan hasil praktikum tabung reaksi yang disimpan di suhu normal
atau suhu ruangan 24 °C tidak terjadi perubahan yang signifikan hanya terjadi
sedikit perubahan warna menjadi lebih pekat. Pada keadaan tabung di suhu 37°C -
38°C perubahan terjadi dan tidak terlalu signifikan, perubahan mengalami
fluktasi terkadang warna pekat namun terkadang warna memudar, namun setelah
beberapa lama warna cairan mulai merata dan terlihat sedikit memudar dan
kehijauan. Perubahan yang terlihat jelas ada pada keadaan tabung reaksi dengan
suhu diatas 80°C. cairan mengalami perubahan warna menjadi kehijauan awalnya,
selanjutnya menguning dan terdapat gumpalan yang berwarna coklat seperti yang
terlihat pada gambar di data hasil pengamatan.
Pada salah satu referensi dijelaskan pula bahwa pada uji benedict warna tidak begitu memperlihatkan perubahan namun
ditemukan butiran-butiran putih dari menit ke menit pada setiap suhu, maka hal
ini sesuai dengan teori bahwa ini menandakan adanya proses hidrolisis
maltosa menjadi dua molekul glukosa. Proses pemanasan mempercepat hidrolisis
maltosa menjadi glukosa. Pada uji iod ditemukan titik akromatis pada suhu 350C
yang ditandai dengan intensitas kepekatan yang makin bertambah dari menit
pertama hingga menit terakhir, namun dalam sumber literatur menyatakan bahwa
suhu optimal enzim berada pada suhu 300C- 400C dan akan
rusak di atas suhu 500 C. Hal ini disebabkan apabila enzim
berada pada suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan denaturasi (perubahan
struktur) serta kerusakan pada enzim. Adapun pada referensi lain
hasilnya adalah Untuk
mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pada saliva, maka dilarutkan
dalam akuades, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan selama
5-10 menit, selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa
adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata/coklat (kandungan
glukosa tinggi). Proses pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi.
G.
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum maka dapat disimpulkan
bahwa suhu memberikan pengaruh terhadap kerja enzim. semakin tinggi suhu maka kerja
enzim juga akan meningkat, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu
dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan terganggu sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Karena enzym merupaka suatu zat yang
dapat mempercepat suatu reaksi, teteapi ensym tersebut tidak ikut bereaksi. Enzym
dapat rusak pada suhu panas karean enzym merupakan suatu protein. Enzym dapat
bekerja bola balik selama enzym tersebuttidaklah rusak. Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempercepat kerza enzym misalnya suhu, pH, kosentrasi enzyme,
konsentrasi substrat, adanya activator dan inhibitor. Dalam praktikum ini pada
suhu normal 24°C dan 38°C tidak terjadi perubahan yang signifikan, namun pada
suhu diatas 80°C terjadi perubahan warna pada cairan, ini berarti enzim telah
rusak.
H.
Evaluasi
1. Apakah
fungsi enzim amylase dan organ apa saja yang menghasilkannya?
Jawab : enzim berfungsi dalam mempercepat
suatu rekasi, seperti dalam proses pencernaan akan mengubah amilum menjadi
glukosa. Dapat ditemukan di dalam rongga mulut, tapatnya pada air ludah
(saliva). Serta di dalam organ-organ pencernaan lain.
2. Apakah
fungsi saliva pada pencernaan makanan?
Jawab : memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban mulut,
bekerja sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap, membantu
proses bicara dengan memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan
kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya antibakteri, dan
penderita defisiensi salivasi (xerostomia) mempunyai insidens karies gigi yang
lebih tinggi daripada normal. Sistem dapar saliva membantu mempertahankan pH
mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan
nyeri ulu hati (heartburn) bila getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam
esophagus.
3. Jelaskan urutan hidrolisis amilum!
Jawab : Amilum diubah
menjadi maltose yang dibantu oleh enzim amylase. Maltose diubah kembali menjadi
glukosa oleh enzim maltase.
Amilum (S) + Amilase (E) → Amilase (E) – Amilum (S)
Amilase (E) + Maltosa (P)
Keterangan :
S : Substrat
E : Enzim
P : Gula pereduksi
Daftar Pustaka
Nurjaman,Sopyan.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:Lili
Creative
jkjjjj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar