Sabtu, 20 Desember 2014

RESPIRASI PADA SERANGGA LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (PRAKTIKUM – 6)



RESPIRASI PADA SERANGGA
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
(PRAKTIKUM – 6)

Disusun oleh: Kelompok 4
Rini Indriani
(12542006)
Ina Nurlaela
(12542007)
Imas Rini Rukmana
(12542009)
Dede Sumyati
(12542011)
Iis Siti Nurfadilah
(12542014)


Program studi Pendidikan Biologi S-1
Semester/Kelas
5/3-B

Dosen Pembimbing:
Siti Nurkamilah, S.Pd.,







LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2014






RESPIRASI PADA SERANGGA
 (Praktikum-6, Garut 17 Desember 2014)
                                                                                                                                                    
A. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui konsumsi oksigen pada serangga jantan dan serangga betina.

B. Alat dan bahan
v  Alat :
§  Respirometer Sederhana


Gb. 1.Respirometer sederhana
§  Pipet tetes


Gb. 2. Pipet tetes
§  Neraca Elektrik


Gb.3. neraca elektrik
§  Tabung reaksi
§  Kapas
§  Stopwatch
§  Kamera
§  Alat tulis

v  Bahan :
§  Serangga (Jangkrik Jantan dan Jangkrik Betina)


Gb.5. jangkrik jantan dan jangkrik betina
§  Metilen Blue


Gb.6. metilen blue
§  NaOH
§  Vaselin
C. Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah:
1)     Mempersiapkan alat dan bahan;
2)     Masukan Kristal NaOH kedalam tabung respirometer sederhana;
3)     Timbang botol respirometer sederhana tersebut, setelah didapatkan hasilnya lalu dicatat
4)     Masukan serangga kedalam tabung respirometer sederhana yang telah diisi Kristal NaOH lalu ditimbang;
5)     Selisih berat dari kedua timbangan ditulis;
6)     Kemudian tutup tabung dengan prop yang ada skalanya lalu diolesi disekelilingnya menggunakan vaselin;
7)     Letakan tabung tersebut miring diatas meja kemudian masukan metilen blue;
8)     Amati pergerakan metilen blue selama 10 menit dan diulangi sampai 2 kali
9)     Lakukan hal yang sama untuk hewan percobaan yang lain;
10) Hitunglah konsumsi oksigen per berat serangga.

D. Landasan teori
                Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.
                Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi.Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
                Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit). Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
 C6H12O6 + 6O2  6 CO2 + 6H2O + ATP
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a)      Ketersediaan substrat
                Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
b)      Suhu.
                Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2dari tubuh.Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur. Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya.Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel.Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur.Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel.Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata. Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.

E. Data hasil pengamatan
Berikut ini merupakan data hasil pengamatan skala kedudukan eosin pada kedua serangga yang diamati.
No
Berat jangkrik (gram)
Volume 10’ pertama
Volume 1o’ kedua
Volume rata-rata
1
Jantan (0,45 gram)
0,21
0,17
0,19
2
Betina (0,41 gram)
0,19
0,14
0,165

·         Jangkrik Jantan
Konsumsi O2 = berat jangkrik/waktu/volume
= 0,45 gr/10 menit/0,19
= 0,23
Jadi konsumsi O2 pada 0,45 gram jangkrik (jangkrik jantan) dalam 10 menit adalah 0,23 ml.
·         Jangkrik betina = berat jangkrik/waktu/volume
= 0,41 gr/10 menit/0,165
= 0,25
Jadi konsumsi O2 pada 0,41 gram jangkrik (jangkrik jantan) dalam 10 menit adalah 0,25 ml.
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa jumlah oksigan yang di konsumsi oleh jangkrik betina dengan berat 0,41 gram  lebih besar dari pada jumlah oksigen yang di konsumsi oleh jangkrik jantan dengan berat 0,45 gram. Dengan jumlah rata-rata konsumsi oksigen pada jangkrik jantan adalah 0,23 dan pada jangkrik betina adalah 0,25. Dengan kata lain, jangkrik betina yang memiliki berat lebih kecil dari jangkrik jantan memiliki konsumsi O2 yang lebih banyak. Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit sspenyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator. Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin, 2005).
Laju konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun respirometer Scholander. Penggunaan masing- masing cara didasarkan pada jenis hewan yang akan diukur laju konsumsi oksigennya.

F.   Pembahasan
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer, digunakan larutan NaOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksi yang terjadi antara NaOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O
                Setelah itu serangga dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala rapat-rapat.Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes larutan eosin. Larutan eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap sedangkan CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH. Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme (serangga) yang diselidiki. Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu.Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini diambil tiap  10 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh larutan eosin bergerak. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya. Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung pada bocor tidaknya alat. Pada percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala ditutup rapat menggunakan plastisin.Tujuan pemberian plastisin atau vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta udara tidak dapat keluar masuk. Pada percobaan ini, perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar.Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan NaOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh NaOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1.)    Jenis kelamin
   Belalang atau jangkrik  betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2.)    Ketinggian
                Ketinggian mempengaruhi pernapasan.Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang.Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3.)    Ketersediaan Oksigen.
                Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4.)    Suhu.
                Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2  ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara terat
5.)    Berat Tubuh
                Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus.Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Semakin berat serangga semakin cepat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan serangga maka semakin lambat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin berat tubuh serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin cepat pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin lambat respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih banyak membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat. Pada hasil praktikum di atas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh jangkrik mempengaruhi laju pernapasan.
Semakin besar ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari serangga juga memengaruhi laju pernapasan. Pada pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa data hasil praktikum yang telah kami buat belum sepenuhnya akurat.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa serangga I yang memilki jenis kelamin jantan lebih banyak mengkonsumsi O2 dibandingkan serangga II yang memilki jenis kelamin betina. Dikarenakan ada factor yang mempengaruhi :
1.      Jenis Kelamin
2.      Berat Badan
3.      Kondisi Fisik Serangga

H. Evaluasi
1.      Apakah tujuan dari praktikum ini?
Jawab : untuk mengetahui konsumsi oksigen pada serangga jantan dan serangga betina.
2.      Apa fungsi NaOH dalam praktikum ini?
Jawab         : untuk mengikat CO2
3.      Apabila metilen blue didalam pipet berskala tidak bergerak kemungkinan apa yang terjadi ?
jawab           : Kemungkinan apa yang terjadi serangga tersebut tidak melakukan proses respirasi dengan baik.
4.      Tulis langkah kerja praktikum ini dalam kalimat positive??
Jawab : Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah:
1)     Mempersiapkan alat dan bahan;
2)     Masukan Kristal NaOH kedalam tabung respirometer sederhana;
3)     Timbang botol respirometer sederhana tersebut, setelah didapatkan hasilnya lalu dicatat
4)     Masukan serangga kedalam tabung respirometer sederhana yang telah diisi Kristal NaOH lalu ditimbang;
5)     Selisih berat dari kedua timbangan ditulis;
6)     Kemudian tutup tabung dengan prop yang ada skalanya lalu diolesi disekelilingnya menggunakan vaselin;
7)     Letakan tabung tersebut miring diatas meja kemudian masukan metilen blue;
8)     Amati pergerakan metilen blue selama 10 menit dan diulangi sampai 2 kali
9)     Lakukan hal yang sama untuk hewan percobaan yang lain;
10) Hitunglah konsumsi oksigen per berat serangga.

5.      Apa sebabanya dalam botol tersebut disimpan NaOH Kristal, jelaskan ?
Jawab         : agar serangga bisa tetap bernapas, karena NaOH ini berfungsi untuk mengikat CO2
6.      Apa sebabnya tetesan metilen blue dalam skala bergeser mendekati tabung respirometer sederhana?
Jawab         : karena untuk membuktikan bahwa serangga tersebut menghirup O2.




DAFTAR PUSTAKA

Nurjaman,Sopyan.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:Lili     Creative
Rusyana, Adun. (2011). Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. BIOLOGI. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
http://aprianatitik.wordpress.com/arsip (diakses pada 19 Desember 2014)