KULTUR
MURNI Paramecium sp DAN PENCERNAAN
MAKANANAN PADA Paramecium sp
LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
(PRAKTIKUM
– 3)
Disusun oleh: Kelompok 4
Rini
Indriani
|
(12542006)
|
Ina
Nurlaela
|
(12542007)
|
Imas
Rini Rukmana
|
(12542009)
|
Dede Sumyati
|
(12542011)
|
Iis Siti Nurfadilah
|
(12542014)
|
|
|
Program studi Pendidikan Biologi S-1
|
|
Semester/Kelas
|
5/3-B
|
Dosen Pembimbing:
Siti Nurkamilah, S.Pd.,
LABORATORIUM
BIOLOGI
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2014
KULTUR MURNI Paramecium
sp DAN
PROSES PENCERNAAN MAKANAN PADA Paramesium sp
(Praktikum-3, Garut 23 November 2014)
A. Tujuan praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah agar mampu mengetahui pembuatan kultur murni
pada Paramecium sp serta mengetahui
proses siklosis dan pengeluaran sisa makanan yang tidak dicerna (defekasi) pada
Paramecium sp.
B. Alat dan bahan
v Alat :
§
Gelas kimia
Gb. 1. Gelas kimia
§
Kain penutup/plastik
§
Pipet tetes
Gb. 2. Pipet tetes
§
Bunsen spirtus
Gb. 3. Bunsen spirtus
§
Kaki tiga
Gb. 4. Gelas kimia
§
Korek api/bensin
§
Kapas
§
Thermometer
Gb. 5. Thermometer
§
Kaca objek
§
Cover glass
§
Mikroskop
§
Alat tulis
§
Kamera
v
Bahan :
§
Kultur murni Paramecium sp
(rendaman air jerami yang telah diproses selama 1 bulan)
§
Plovinil alcohol*
§
Larutan ragi
§
Carmin
§
Congo-red
C. Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini
adalah:
@Step 1 : Pembuatan Kultur murni
paramecium
1)
Mempersiapkan alat dan bahan;
2)
Menyiapkan air sawah sebanyak 500 ml pada 2 gelas kimia (A
dan B) yang berbeda;
3)
Gelas kimia A dipanaskan hingga mencapai suhu 100%;
dinginkan hingga 37̊C.
4)
Pada gelas kimia lain (gelas kimia B) mencari ± 20 Paramecium sp yang dicari melalui
pengamatan mikroskopis pada mikroskop, gunakan serat kapas agar lebih mudah
menjerat Paramecium sp;
5)
Campurkan jerami kering yang telah dipotong kecil pada gelas
kimia A;
6)
Masukkan ke – 20 Paramecium
sp yang telah diambil dari gelas kimia B;
7)
Tutuplah gelas kimia dengan kain atau plastic yang diberi
lubang;
8)
Setelah 4 hari kemudian-----
9)
Menyiapkan kembali 500 ml air sawah dan potongan jerami;
10) Air sawah tersebut dilakukan kembali
pemanasan sampai 100%, kemudian dinginkan sampai 37̊C;
11)
Siapkan ± 20 Paramecium
sp dari tabung A yang telah disimpan
selama 4 hari;
12)
Masukkan Paramecium sp
ke dalam media yang baru
13)
Lakukan pengulangan langkah tersebut selang waktu 4 hari dan
dilakukan selama 1 bulan.
@Step 2 : mengetahui siklosis dan
pengeluaran
1)
Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum;
2)
Teteskan satu tetes kultur Paramecium sp pada objek glass;
3)
Bubuhkan sedikit carmin;
4)
Menutup gelas objek di atas dengan penutupnya;
5)
Mengamati bagaimana terbentuknya vakuola makanan dan gerakan
vakuola (siklosis) sampai mencapai anus sel.
@Step 3 :
mengetahui perubahan pH pada vakuola makanan
1)
Teteskan satu tetes polyvinyl alcohol pada gelas objek
kemudian meneteskan kultur Paramecium sp dan
satu tetes suspense ragi yang telah diwarnai dengan congo-red;
2)
Tutup objek glass dengan dengan penutupnya (cover glass) kemudian amati dengan
pembesaran lemah dan kuat;
3)
Mengamati proses ingesti partikel ragi, pembentukan vakuola
makanan dan perubahan warna dari partikel ragi selama proses pencernaan.
D. Landasan teori
Paramecium merupakan salah satu
protista mirip hewan berukuran sekitar 50-350ɰm. Paramecium ini telah memiliki selubung inti (Eukariot). Uniknya
Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus)
yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar
(Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme,
pertumbuhan, dan regenerasi. Paramecium bereproduksi secara aseksual (membelah
diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan konjugasi). Paramecium
bergerak dengan menggetarkan silianya. Sedangkan cara menangkap makanan adalah
dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan
masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik
atau hewan uniseluler lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk
mencerna dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk
mengeluarkan sisa makanan.
Beberapa protozoa dan invertebrata yang hidup bebas ada yang menggunakan
permukaan tubhnya untuk megambil makanan dari medium di sekitarnya. Molekul
–molekul kecil seperti asam amino diambil dari medium encer di sekitarnya
dengan mekanisme transpor aktif, sedangkan molekul –molekul yang lebih besar
atau partikel – partikel diambil melalui proses endositosis (Soewolo, 2000).
Jadi, cara mengambil makanannya menggunakan permukaan tubuhnya.
Paramaecium sp. cara makanya bersifat holozoik dan sistem pencernaannya
yaitu pencernaan intraseluler. Awalnya makana
masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam
sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan
bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai
bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk Sistem pencernaan makanan pada Paramaecium
sp. pergerakan vakuola makanan dikenal dengan istilah siklosis. Secara
berurutan yaitu rongga mulut – sitostoma – sitofaring – vakuola makanan –
sitopage.
Paramaecium
ditutupi oleh ribuan silia individual. Paramaecium terutama memakan bakteri.
Barisan silia silia di sepanjang celah mulut berbentuk corong menggerakkan
makanan ke dalam mulut sel, di mana makanan itu di telan melalui fagositosis.
Vakuola makanan itu bergabung dengan lisosom , dan ketika makanan dicerna,
vakuola itu mengikuti suatu jalur yang berlekuk , pertama ke ujung anterior dan
akhirnya ke ujung posterior. Isi yang tidak tercerna dilepaskan ketika vakuola
itu menyatu dengan suatu daerah membrane plasma yang mengalami spesialisasi
yang berfungsi sebagai lubang anus. Paramaecium, seperti protista air tawar
lainnya, secara konstan mengambil air masuk ke dalam tubuh melalui osmosis dari
lingkungan hipotonik. Vakuola kontraktil yang mirip kantung akan mengakumulasi
kelebihan air itu dari kanal radial dan secara periodic mendorongnya melalui
membrane plasma dengan cara kontraksi sitoplasma di sekitarnya. (Campbell, Neil
A. edisi kelima, jilid II, 134).
Pencernaan
karbohidrat , sumber energy kimia utama tubuh, dimulai dalam rongga mulut .
ludah mengandung amylase ludah, enzim pencernaan yang menghidrolisis pati
(polimer glukosa dari tumbuhan) dan glikogen (polimer glukosa dari hewan).
Produk utama dari pencernaan oleh enzim ini adalah polisakarida yang lebih
kecil dan disakarida maltose. (Campbell, Neil A. edisi kelima. Jilid
III. 30)
Pencernaan
karbohidrat yaitu pati dan glikogen, dimulai oleh amylase ludah dalam rongga
mulut yang terus berlanjut dalam usus halus. Amylase pancreas menghidrolisis
pati, glikogen, dan polisakarida yang lebih kecil menjadi disakarida, termasuk
maltose. Enzim maltase menyempurnakan dan menyelesaikan pencernaan maltose dan
memecahnya menjadi dua molekul glukosa, suatu gula sederhana.
Maltase
merupakan salah satu anggota keluarga disakaridase, dan masing-masing enzim
adalah spesifik untuk menghidrolisis disakarida yang berbeda. Sukrase, misalnya,
menghidrolisis gula pasir (sukrosa), dan lactase mencerna gulasusu (laktosa).
(Secara umum, orang dewasa memiliki enzim lactase yang lebih rendah dan dengan
demikian kemampuan orang dewasa lebih rendah untuk mencerna gula susu
dibandingkan dengan anak-anak.)
Disakaridase
itu dibuat dan berada dalam membrane dan matriks ekstraseluler yang menutupi
epithelium usus halus, yang juga merupakan menyerapan gula. Dengan demikian ,
tahapan akhir dalam pencernaan karbohidrat---tahapan yang menghasilkan monomer
yang kaya energy--- terjadi di mana monomer-monomer ini sesungguhnya diserap ke
dalam darah. (Campbell, Neil A. edisi kelima. Jilid III.33)
Gb. 6. Strktur tubuh Paramaecium sp.
Paramaecium sp. pada umumnya
belum memiliki alat pencernaan makanan yang khusus, makanan yang diperlukan
berupa zat organik terlarut. Hewan tersebut mengambil makanan melalui
penyerapan. Alat pencernaan makanan berupa vakuola makanan (Isnaeni, 2006 :
144)
Pencernaan
makanan pada paramaecium terjadi dalam
vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke seluruh bagian sel
dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makana masuk ke dalam sel melalui “rongga
mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan
didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan bulu getar dan
dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring,
vakuola makanan akan dibentuk.
Pada
paramaecium sp. Ada bagian-bagian sel
yang berperan dalam pencernaan dan sudah lebih khusus dibandingkan amoeba,
dengan adanya peristoma, sitostoma, dan sitofaring yang berperan sebagai bagian
sel untuk memasukan makana. Sedangkan vakuola makanan yang berperan untuk
mencerna dan sitopige yang berperan egestif (pengeluaran). (buku perpus::155)
Pencernaan
makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di
dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim pencernaan yang
terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh
lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis
akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi. Apabila
terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium berate itu menandakan adanya proses pencernaan makanan.
Adanya perubahan warna pada vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya
perubahan pH. Perubahan pH pada vakuola makanan paramecium selama proses
pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh
lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan
(Soewolo, 2000 : 158). Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH
sekitar 5 (Istanti, 1999).
Setelah
makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi masuk kedalam
darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, namun ada juga bagian dari
substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat
buangan ini disimpan untuk sementara utuk kemudian dibuang keluar melalui
sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi ( Wulangi, 1993 ; 97).
E. Data hasil pengamatan
Gb. 7. Paramecium sp di dalam mikroskop (perbesaran 10x10 cm)
Gb. 8. Paramecium sp di dalam mikroskop
Gb. 9. Paramecium sp di dalam mikroskop (terlihat organelnya)
Gb. 10. Paramecium sp di dalam mikroskop
Gb. 11. Paramecium sp di dalam mikroskop
Gb. 12. Paramecium sp di dalam mikroskop (pergerakan makanan)
Gb. 13. Paramecium sp di dalam mikroskop (vakuola kontraktil)
Gb. 14. Paramecium sp di dalam
mikroskop
F. Pembahasan
Dari hasil
pengamatan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Paramecium sp melakukan pencernaan
makanan dengan intraseluler dan cara makanya bersifat holozoic. Pada awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove),
lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam
sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika
makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk Sistem pencernaan makanan pada Paramaecium
sp. pergerakan vakuola makanan dikenal dengan istilah siklosis. Secara
berurutan yaitu rongga mulut – sitostoma – sitofaring – vakuola makanan –
sitopage. Pencernaan makanan pada paramaecium
terjadi dalam vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan organel yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarkannya ke
seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel.
Pencernaan
makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di
dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Enzim pencernaan yang
terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh
lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis
akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi.
Apabila terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium hal tersebut
menandakan adanya proses pencernaan makanan. Adanya perubahan warna pada
vakuola makanan paramecium menunjukkan terjadinya perubahan pH. Perubahan pH
pada vakuola makanan paramecium selama proses pencernaan makanan disebabkan
karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan oleh lisosom. Untuk mencerna
makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola makanan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dengan membuat kultur murni Paramecium sp, kemudian melakukan pengamatan pencernaan mkananan Paramecium sp dari kultur murni
tersebut. Pada kultur murni, media yang digunakan berupa air rendaman jerami
yang pada setiap 4 hari sekali dilakukan pemindahan. Mekanisme pencernaan
makanan pada Paramaecium sp disebut dengan gerak siklosis. Gerak
tersebut diawali oleh gerak ke bagian posterior yang kemudian akan berbelok ke
arah anterior, setelah sampai di ujung anterior maka gerak ini akan berlanjut
ke arah posterior kembali melewati dekat rongga mulut dan selanjutnya menuju ke
arah anus.
H. Evaluasi
1.
Apakah tujuan dari praktikum ini?
Jawab : untuk mengetahui
pembuatan kultur murni pada Paramecium sp
serta mengetahui proses siklosis dan pengeluaran sisa makanan yang tidak
dicerna (defekasi) pada Paramecium sp.
2.
Apa alat utama yang digunakan dalam praktikum ini?
Jawab : mikroskop.
3.
Apa bahan utama yang
digunakan dalam praktikum ini?
Jawab : kultur murni Paramecium sp.
4.
Apa fungsi carmin dalam praktikum ini?
Jawab : untuk
melihat pencernaan makanan pada Paramecium
sp secara jelas, sehingga pergerakan pencernaan makanannya terlihat jelas.
5.
Uraikan cara pembuatan kultur murni Paramecium
sp!
jawab : berikut ini
merupakan uraian pembuatan kultur murni Paramecium
sp, yaitu:
1)
Mempersiapkan alat dan bahan;
2)
Menyiapkan air sawah sebanyak 500 ml pada 2 gelas kimia (A
dan B) yang berbeda;
3)
Gelas kimia A dipanaskan hingga mencapai suhu 100%;
dinginkan hingga 37̊C.
4)
Pada gelas kimia lain (gelas kimia B) mencari ± 20 Paramecium sp yang dicari melalui
pengamatan mikroskopis pada mikroskop, gunakan serat kapas agar lebih mudah
menjerat Paramecium sp;
5)
Campurkan jerami kering yang telah dipotong kecil pada gelas
kimia A;
6)
Masukkan ke – 20 Paramecium
sp yang telah diambil dari gelas kimia B;
7)
Tutuplah gelas kimia dengan kain atau plastic yang diberi
lubang;
8)
Setelah 4 hari kemudian-----
9)
Menyiapkan kembali 500 ml air sawah dan potongan jerami;
10) Air sawah tersebut dilakukan kembali
pemanasan sampai 100%, kemudian dinginkan sampai 37̊C;
11)
Siapkan ± 20 Paramecium
sp dari tabung A yang telah disimpan
selama 4 hari;
12)
Masukkan Paramecium sp
ke dalam media yang baru
13)
Lakukan pengulangan langkah tersebut selang waktu 4 hari dan
dilakukan selama 1 bulan
6.
Bagaimana terjadinya vakuola makanan?
Jawab : pembentukan
vakuola makanan dapat terjadi setiap lima menit. Ketika makanan masuk melalui
rongga mulut lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan didorong dan
dimasukkan ke dalam sitofaring. Saat makanan mencapai bagian dasar sitofaring,
terbentuklah vakuola makanan.
7.
Apakah vakuola makanan tersebut bergerak?
Jawab : ya,
vakuola makanan tersebut bergerak.
8. Jika vakuola makanan bergerak, kemana
arah perjalanan makanan dan berapa lama sampai defekasi?
Jawab : arah
gerak berupa gerak siklosis yaitu dari posterior berbelok ke arah anterior dan
kembali ke posterior yang selanjutnya menuju anus. Pengeluaran sisa pencernaan
melalui sitopage yang terletak di posterior mulut.
9. Pencernaan makanan pada vakuola
memerlukan enzim pada pH tertentu. Apa yang menjadi ciri bahwa terdapat
perubahan pH? Jelaskan dengan melihat warna dari congo-red!
Jawab : perubahan
pH terjadi karena adanya reaksi metabolisme dari Paramecium sp untuk mempertahankan diri dan menyeimbangkan dengan
lingkungan. Yang menjadikan ciri dari adanya perubahan pH yaitu terdapat warna
merah pada cover glass dan bagian tubuh Paramecium
sp. Dengan melihat warna tersebut, maka vakuola makanan terlihat lebih
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
[02
November 2012]
[26
Oktober 2012]
Nurjaman,Sopyan.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:Lili
Creative
Rusyana, Adun. (2011). Zoologi
Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar